
Perusahaan di Indonesia Mulai Terapkan Kecerdasan Buatan dalam Bisnis
Kementerian Perindustrian mencatat sebanyak 29 perusahaan di Tanah Air yang berhasil menerapkan artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI) dalam proses bisnisnya. Penerapan teknologi ini memberikan berbagai manfaat signifikan, termasuk peningkatan efisiensi, percepatan produksi, dan kenaikan pendapatan.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan bahwa lewat inisiatif Making Indonesia 4.0, perusahaan-perusahaan tersebut dinobatkan sebagai National Lighthouse Industry karena telah membuktikan bahwa penerapan AI dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Menurutnya, jumlah 29 perusahaan ini menunjukkan progres yang menggembirakan dalam penerapan teknologi digital di sektor industri.
“Kami melihat bahwa sejak launching Making Indonesia 4.0, kami telah berhasil menetapkan 29 National Lighthouse Company. Meskipun jumlahnya masih tergantung pada wilayah, angka ini cukup menggembirakan,” ujar Agus dalam acara Kumparan AI For Indonesia di Jakarta.
Dari diskusi dengan para pelaku industri yang tergabung dalam 29 perusahaan tersebut, mayoritas merasakan manfaat besar ketika menerapkan transformasi menuju industri berbasis teknologi. Manfaat yang dirasakan antara lain meningkatnya efisiensi proses produksi, kenaikan pendapatan, serta peningkatan daya saing produk di pasar.
Selain itu, penggunaan teknologi digital juga memperkuat hubungan antara perusahaan dan pelanggan. Sistem berbasis data serta kecerdasan buatan membantu perusahaan memprediksi kebutuhan bahan baku secara akurat, memperlancar distribusi logistik, dan mempercepat arus informasi di dalam organisasi.
“Saat berdiskusi dengan 29 perusahaan tersebut, mereka secara eksplisit menyatakan bahwa transformasi industri menuju industri yang lebih berteknologi dalam L4.0 banyak membawa manfaat utama, yaitu efisiensi dari proses produksi,” jelas Agus.
Menurutnya, pengalaman 29 perusahaan menjadi bukti bahwa digitalisasi industri bukan sekadar wacana, tetapi sudah membawa hasil besar bagi dunia usaha. Transformasi ke industri 4.0 terbukti tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga meningkatkan daya saing produk Indonesia di kancah global.
“Ini semua menggambarkan efisiensi yang pada dasarnya pada ujung-ujungnya adalah competitiveness dan daya saing dari produk-produk kita,” tambah Agus.
Lebih lanjut, Menteri menegaskan bahwa perkembangan AI menjadi faktor penentu kemajuan sektor manufaktur global, termasuk Indonesia. Mengutip hasil survei Deloitte, ia menyebut sebanyak 93 persen pelaku industri manufaktur di seluruh dunia mengakui AI sebagai teknologi utama yang mendorong pertumbuhan dan inovasi di sektor ini.
Temuan tersebut menunjukkan adanya konsensus kuat di kalangan pelaku industri bahwa AI bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan komponen krusial yang menentukan efisiensi, produktivitas, dan daya saing produk manufaktur.
“Dengan adanya AI, proses produksi bisa menjadi jauh lebih efisien, prediksi kebutuhan bahan baku lebih akurat, dan pengambilan keputusan dalam rantai pasok menjadi lebih cepat. Semua ini pada akhirnya bermuara pada peningkatan daya saing industri,” katanya.
AI kini telah menjadi fondasi penting dalam membangun daya saing industri masa depan. Teknologi modern bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan yang harus diadopsi agar industri nasional tidak tertinggal dalam kompetisi global yang semakin ketat.



Posting Komentar