P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Analisis: Rupiah Melemah, Akibat BI Tahan Suku Bunga

Featured Image

Rupiah Melemah di Akhir Pekan, Dampak dari Kebijakan BI

Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan hari Kamis sore. Rupiah melemah sebesar 44 poin atau 0,27 persen menjadi Rp 16.629 per dolar Amerika Serikat (USD) dari sebelumnya sebesar Rp 16.585 per USD. Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) juga mengalami penurunan, berada pada posisi Rp 16.645 per USD, naik dari sebelumnya sebesar Rp 16.617 per USD.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurutnya, pelaku pasar asing masih dalam tren menjual obligasi negara karena tidak ada penurunan suku bunga acuan BI. Hal ini membuat yield obligasi meningkat sedikit, meskipun terjadi kenaikan tipis.

Menurut Rully, tren positif pada obligasi negara tetap diminati oleh investor asing karena spread bunga yang kompetitif. Namun, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan memberikan dampak terhadap penjualan obligasi, terutama pada tenor lima tahun. Meski begitu, beberapa waktu lalu pelaku pasar kembali membeli obligasi tersebut.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Bulan Oktober 2025 yang dilaksanakan pada Selasa, 21 Oktober 2025 dan Rabu memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 4,75 persen. Suku bunga deposit facility tetap berada pada 3,75 persen, sementara suku bunga lending facility juga dipertahankan pada 5,5 persen.

Rully menilai alasan BI mempertahankan suku bunga adalah karena adanya tekanan eksternal terhadap rupiah yang masih tinggi. Hal ini terjadi di tengah ketidakpastian situasi perang tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Selain itu, shutdown pemerintah AS yang sudah berlangsung hampir satu bulan menyebabkan minimnya pengumuman data ekonomi. Akibatnya, The Fed kesulitan mengambil keputusan terkait suku bunga.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Rupiah

Beberapa faktor utama yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah antara lain:

  • Kebijakan suku bunga Bank Indonesia – Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan memengaruhi sentimen pasar.
  • Perang tarif AS-Cina – Ketidakpastian geopolitik memengaruhi arus modal dan investasi.
  • Shutdown pemerintah AS – Minimnya data ekonomi AS menghambat pengambilan keputusan oleh The Fed.
  • Tren pasar obligasi – Investor asing tetap tertarik pada obligasi negara meski ada peningkatan yield.

Perkembangan Terkini di Pasar Keuangan

Di pasar keuangan, kondisi rupiah terus mengalami tekanan akibat berbagai isu eksternal. Meski BI telah melakukan berbagai langkah stabilisasi, tekanan terhadap rupiah tetap terasa. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas mata uang lokal sangat bergantung pada situasi global dan kebijakan moneter nasional.

Selain itu, investor asing tetap waspada terhadap perubahan suku bunga dan kondisi makroekonomi. Meskipun terdapat indikasi positif pada pasar obligasi, pergerakan harga obligasi masih sensitif terhadap perubahan kebijakan BI dan situasi global.

Kesimpulan

Secara umum, rupiah mengalami pelemahan di akhir pekan ini akibat kombinasi faktor internal dan eksternal. Kebijakan suku bunga BI yang tidak berubah menjadi salah satu penyebab utama pelemahan nilai tukar. Di sisi lain, ketidakpastian global seperti perang tarif AS-Cina dan shutdown pemerintah AS memperparah tekanan terhadap rupiah. Untuk menghadapi situasi ini, BI mungkin perlu mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut agar stabilitas rupiah tetap terjaga.

0

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.