P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Bahlil Percaya Proyek Gas Melon Isi DME Mulai 2026, Gunakan Teknologi Tiongkok atau Eropa

Featured Image

Proyek Hilirisasi Batu Bara untuk Produksi DME Siap Dijalankan Tahun Depan

Pemerintah Indonesia menunjukkan optimisme terhadap proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) yang diharapkan dapat segera dijalankan pada tahun depan. Langkah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG, salah satu bahan bakar utama masyarakat.

DME adalah gas tidak berwarna yang memiliki potensi sebagai bahan bakar alternatif. Ia bisa digunakan sebagai pengganti LPG atau solar, serta sebagai propelan aerosol dan bahan baku dalam industri kimia. Meski konsepnya sudah diperkenalkan sejak era Presiden Joko Widodo, proyek ini sempat terhambat karena keterbatasan investasi. Pada saat itu, hanya sampai pada tahap Memorandum of Understanding (MoU) saja.

Saat ini, Indonesia masih mengandalkan LPG sebagai bahan bakar, terutama gas dengan ukuran 3 kilogram. Namun, kebutuhan nasional mencapai sekitar 8,5 juta ton per tahun, sementara kapasitas produksi dalam negeri hanya sekitar 1,3 juta ton. Akibatnya, negara terus mengimpor sekitar 6,5 hingga 7 juta ton LPG setiap tahunnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa proyek hilirisasi batu bara kali ini telah melalui konsep dan pra-studi kelayakan oleh Satuan Tugas Hilirisasi. "Karena kita impor LPG, contoh konsumsi LPG kita 8,5 juta ton, kapasitas produksi dalam negeri itu hanya 1,3 juta ton," ujarnya.

Langkah ini bertujuan untuk substitusi impor dengan memanfaatkan sumber daya energi dalam negeri. Pemerintah saat ini sedang mengevaluasi dua opsi teknologi utama untuk proyek tersebut. "Ini mitranya nanti dengan Danantara, teknologinya kan macam-macam ya, teknologi dari China, itu, bisa juga dari Eropa," kata Bahlil.

Ia menegaskan bahwa keputusan pemilihan teknologi akan didasarkan pada efisiensi. "Belum, tapi dua aja, kalau enggak Eropa, China. Yang efisien," tambahnya.

Terkait penyebab kurangnya pengembangan industri LPG dalam negeri, Bahlil menjelaskan bahwa posisi gas alam Indonesia saat ini hanya mencakup komponen C1 dan C2. Sementara LPG memerlukan komponen C3 dan C4, yang tidak tersedia secara cukup di dalam negeri.

Proyek DME dinilai penting untuk mengurangi impor LPG sekaligus memaksimalkan penggunaan sumber daya energi yang lebih rendah kalori dan harganya lebih murah dibandingkan LPG.

Salah satu proyek DME yang akan segera dijalankan adalah oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Perusahaan ini tengah bersiap melanjutkan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME pada tahun depan. Sebelumnya, proyek ini sempat mandek setelah investor utamanya dari Amerika Serikat, Air Products & Chemical Inc., mundur.

Namun, kini PTBA memberikan sinyal bahwa proyek akan dilanjutkan dengan bekerja sama dengan mitra dari China. Hal ini menunjukkan adanya komitmen kuat dari pihak swasta untuk mendukung pengembangan energi dalam negeri.

Dengan proyek ini, diharapkan Indonesia dapat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar, sekaligus meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang ada.

0

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.