P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Apakah Investasi Emas Masih Menguntungkan Tahun 2025?

Featured Image

Perkembangan Harga Emas di Indonesia

Jika saat ini kamu membuka aplikasi Pegadaian Digital atau Tokopedia Emas, angka per gram emas mungkin membuatmu sedikit merasa khawatir. Harganya mencapai sekitar Rp1,3 juta hingga Rp1,4 juta per gram. Padahal, jika kita kembali ke masa lalu—misalnya masa kecil atau awal bekerja 10–20 tahun lalu—harga emas terasa lebih terjangkau.

Pada tahun 2005, harga emas berada di kisaran Rp150–200 ribu per gram. Pada tahun 2010, harga mulai naik menjadi sekitar Rp350 ribu. Tahun 2015, harga emas mencapai Rp500–600 ribu per gram. Di tahun 2020, harga sempat menyentuh Rp900 ribu per gram. Kini, di tahun 2025, harga emas telah meningkat sebanyak tujuh kali dalam waktu 20 tahun. Pertanyaannya adalah: apakah emas masih layak dibeli saat harganya sudah sangat tinggi? Atau justru kita hanya menjadi "pengejar kereta terakhir" yang masuk saat harga sudah mencapai puncak?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat sejarah, mendengar pendapat para ekonom dunia, dan menata ulang cara pandang kita terhadap emas.

Sejarah Harga Emas di Indonesia

Harga emas selalu dipengaruhi dua faktor utama, yaitu harga emas global (dalam dolar AS) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Keduanya bisa naik atau turun, sering membuat kita bingung.

  • 2005–2010: Harga emas di Indonesia relatif terjangkau, berkisar antara Rp150 ribu hingga Rp350 ribu per gram. Grafik global menunjukkan kenaikan tajam akibat krisis finansial 2008.
  • 2010–2015: Harga emas kembali naik, mencapai sekitar Rp600 ribu per gram. Banyak orang menyesal karena tidak membeli lebih banyak emas sebelumnya.
  • 2015–2020: Emas semakin dianggap sebagai aset aman. Tahun 2020, pandemi COVID-19 menjadi titik balik, dengan harga emas menyentuh Rp900 ribu per gram.
  • 2020–2025: Dunia menghadapi berbagai tantangan seperti inflasi, konflik Rusia-Ukraina, serta ketidakstabilan iklim. Semua faktor ini membuat emas semakin diminati. Harga emas di Indonesia kini berada di rata-rata Rp1,3–Rp1,4 juta per gram.

Dengan kenaikan sebesar 600–700% dalam 20 tahun terakhir, jika seseorang membeli 100 gram emas pada tahun 2005 (sekitar Rp20 juta), nilainya kini bisa mencapai lebih dari Rp130 juta.

Pandangan Para Ekonom Dunia tentang Emas

Banyak tokoh ekonomi dunia telah lama menganggap emas sebagai aset penting. Mereka mengingatkan bahwa emas bukan sekadar logam mulia, tetapi juga benteng finansial.

  • Peter Schiff (CEO Euro Pacific Capital) menyebut emas sebagai "uang sejati". Menurutnya, ketika dolar AS terus dicetak oleh bank sentral, emas menjadi satu-satunya aset yang tidak bisa dimanipulasi.
  • Ray Dalio (pendiri Bridgewater Associates) menyarankan portofolio investasi ideal adalah "All Weather Portfolio", yang selalu mencakup emas sebagai penyeimbang.
  • Jim Rickards (penulis The New Case for Gold) bahkan menyebut emas sebagai instrumen paling aman dalam menghadapi "financial reset".
  • Warren Buffet, meskipun awalnya skeptis, akhirnya membeli saham perusahaan tambang emas Barrick Gold pada 2020 saat pandemi. Ini menunjukkan bahwa bahkan "Oracle of Omaha" pun mengakui peran emas dalam situasi ketidakpastian.

Emas sebagai Asuransi Finansial

Banyak orang salah memahami fungsi emas. Mereka menganggap emas sebagai "mesin pencetak untung cepat". Namun, emas tidak dirancang untuk spekulasi jangka pendek. Berbeda dari saham, reksa dana, atau crypto, emas tidak memberikan arus kas apa pun. Ia diam, statis, dan justru karena hal itu ia memiliki fungsi utama: perlindungan finansial jangka panjang.

Lebih tepatnya, emas bekerja seperti asuransi finansial. Sama seperti kita membayar premi asuransi kesehatan atau jiwa agar terlindungi dari risiko besar, emas adalah "premi" agar tabungan kita tidak tergerus inflasi dan guncangan ekonomi global.

Apakah Masih Worth It Membeli Emas Sekarang?

Pertanyaan ini selalu muncul setiap kali harga emas menembus rekor baru. Banyak orang ingin menunggu harga turun agar bisa membeli murah. Namun, jika melihat pola 10–20 tahun terakhir, penurunan emas lebih tepat disebut sebagai jeda sesaat, bukan tren jangka panjang.

Contohnya, pada tahun 2011 harga emas dunia sempat menyentuh USD 1.900/oz. Empat tahun kemudian, di 2015, harganya turun drastis ke USD 1.100/oz. Nyatanya, di tahun 2025 ini, harga emas melampaui USD 2.300/oz. Artinya, penurunan hanyalah fase koreksi, sebelum naik lagi ke level yang lebih tinggi.

Cara Pintar Investasi Emas di 2025

Meskipun harga emas tinggi, bukan berarti emas kehilangan relevansinya. Justru, di tengah inflasi global, ketidakpastian geopolitik, dan nilai mata uang yang rapuh, emas tetap menjadi salah satu instrumen yang paling stabil.

Berikut beberapa strategi cerdas:

  1. Dollar Cost Averaging (DCA)
    Beli emas secara rutin, misalnya setiap bulan dengan nominal tetap. Strategi ini membantu rata-rata harga beli dan menghindari risiko harga puncak.

  2. Jadikan Emas Sebagai Dana Warisan
    Emas memiliki karakter lintas generasi. Menyisihkan emas sebagai bagian dari warisan keluarga membuat cucu-cicitmu tetap memiliki "aset aman".

  3. Gabungkan Emas dengan Instrumen Modern
    Contohnya, 50% emas fisik untuk kestabilan, 50% obligasi pemerintah untuk bunga rutin. Kombinasi ini memberi keseimbangan antara "kas cepat" dan "aset aman".

  4. Gunakan Emas sebagai Backup BPJS
    Saat anggota keluarga butuh rawat inap, emas bisa jadi dana talangan darurat. Klaim BPJS bisa cair nanti, dan emas bisa ditebus kembali.

  5. Emas untuk “Lifestyle Fund”
    Simpan dana liburan dalam bentuk emas, lalu cairkan saat waktunya tiba. Nilainya aman dari inflasi dan membuat liburan lebih terencana.

Emas bukan tentang keuntungan instan. Emas adalah tentang ketenangan jangka panjang. Dan waktu, seperti emas, tidak pernah bisa kembali.

0

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.