Kebijakan Baru Departemen Pertanian AS yang Mengubah Arah Energi Terbarukan
Pemerintah Amerika Serikat (AS) kini mengambil langkah signifikan dalam pengembangan energi terbarukan. Salah satu kebijakan terbaru yang dikeluarkan adalah larangan penggunaan lahan pertanian produktif untuk proyek energi surya dan angin. Langkah ini diumumkan oleh Menteri Pertanian AS Brooke Rollins, yang menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan Presiden Donald Trump untuk membatasi pengembangan energi terbarukan.
Menurut Rollins, proyek energi surya dan angin dinilai tidak dapat diandalkan, mahal, serta bergantung pada rantai pasokan China. Ia menyoroti pentingnya menjaga lahan pertanian sebagai sumber daya vital bagi generasi petani berikutnya. "Jutaan hektar lahan pertanian utama tidak dapat digunakan sehingga panel surya bersubsidi Green New Deal dapat dibangun. Perusakan lahan pertanian dan tanah utama kita ini merenggut masa depan generasi petani berikutnya dan masa depan negara kita," ujarnya.
Sebelumnya, Departemen Pertanian AS (USDA) telah menyediakan dana sebesar US$2 miliar untuk proyek energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin melalui program energi pedesaan. Namun, kini kebijakan tersebut mulai diubah. Dalam laporan USDA, terdapat sekitar 424.000 hektare atau setara 1.715 kilometer persegi lahan pedesaan yang terdampak oleh turbin angin dan ladang tenaga surya pada 2020. Angka ini hanya kurang dari 0,05% dari total lahan pertanian yang mencapai hampir 900 juta hektare. Meski begitu, sebagian besar lahan tersebut tetap digunakan untuk produksi pertanian setelah pengembangan proyek energi terbarukan.
Di sisi lain, pemerintahan mantan Presiden Joe Biden lebih mendukung proyek energi surya dan angin di daerah pedesaan dan pertanian sebagai bagian dari upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan membuat energi bersih lebih terjangkau. Namun, kini pergeseran kebijakan mulai terjadi.
Pengaruh Aturan Baru terhadap Sektor Energi Surya
Aturan baru yang dikeluarkan oleh pemerintahan Trump ternyata memberikan dampak positif terhadap saham perusahaan energi surya AS. Harga saham naik usai aturan subsidi baru dirilis, yang dinilai lebih ringan dibandingkan ekspektasi investor. Departemen Keuangan mempersempit definisi proyek surya atau angin yang dianggap sedang dibangun, sebuah persyaratan untuk memenuhi syarat mendapatkan kredit pajak federal senilai 30% dari biaya proyek.
Perubahan ini mencakup kewajiban bagi pengembang panel surya skala besar dan ladang angin untuk menyelesaikan pekerjaan fisik, alih-alih hanya menunjukkan bahwa mereka telah menginvestasikan modal. Meskipun ada kritik dari industri, analis dan investor menganggap aturan ini lebih baik dari yang diperkirakan banyak orang.
Analis Raymond James, Pavel Molchanov, menyebutkan indeks MAC Global Solar Energy (.SUNIDX) naik 4% pada perdagangan tengah hari Senin (18/8/2025). Saham-saham unggulan seperti Sunrun (RUN.O) meningkat 9%, dan First Solar (FSLR.O) naik 8,6%. "Meskipun menimbulkan beberapa komplikasi, hal ini masih dapat dikelola," ujarnya.
Beberapa pihak di industri ini khawatir bahwa pengembang proyek harus menanggung sebagian besar biaya proyek agar memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit tersebut, atau bahwa mereka akan memiliki jangka waktu yang lebih sempit untuk mengklaim subsidi setelah memulai konstruksi. Departemen Keuangan tidak mengubah jangka waktu 4 tahun untuk proyek yang memulai konstruksi sebelum kredit berakhir.
Undang-Undang One Big Beautiful Bill mewajibkan proyek untuk memulai konstruksi pada bulan Juli tahun depan atau mulai beroperasi pada akhir tahun 2027 agar memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak 30% dan bonus yang dapat meningkatkan subsidi lebih tinggi lagi. Berdasarkan undang-undang sebelumnya, kredit tersebut tersedia hingga tahun 2032.
Posting Komentar