P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Sejarah Raja Solo: Siapa Pemimpin Saat Ini?

Featured Image

Sejarah Raja Solo dari Masa ke Masa

Solo, atau dikenal juga dengan nama Surakarta, merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih mempertahankan sistem kerajaan. Sejak berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat, banyak raja yang telah memimpin wilayah ini. Salah satu tokoh penting dalam sejarah kerajaan adalah Paku Buwono (PB) XIII, yang wafat pada tahun 2025, menandai akhir era kepemimpinan yang berlangsung sejak abad ke-18.

Paku Buwono XIII dikenal sebagai sosok yang sangat menjaga tradisi dan pelestarian budaya Jawa. Selama masa hidupnya, ia aktif dalam merawat naskah-naskah klasik serta menjaga eksistensi Kasunanan Surakarta di tengah perubahan zaman. Kehadirannya memberikan dampak besar terhadap masyarakat Solo, baik secara budaya maupun spiritual.

Daftar Raja Solo dari Masa ke Masa

Berikut adalah daftar raja Solo yang telah memimpin Keraton Surakarta Hadiningrat dari masa ke masa:

  1. Paku Buwono II (1745–1749)
    Ia adalah raja pertama Kasunanan Surakarta sekaligus raja terakhir Mataram Kartasura. Nama aslinya adalah Raden Mas Prabasuyasa, putra Amangkurat IV. Pada masa pemerintahannya, terjadi Geger Pecinan yang menyebabkan perpindahan pusat kerajaan dari Kartasura ke Surakarta.

  2. Paku Buwono III (1749–1788)
    Dengan nama lengkap Raden Mas Suryadi, ia naik takhta pada 15 Desember 1749. Selama pemerintahannya, lahir Perjanjian Giyanti yang membagi Mataram menjadi dua bagian: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

  3. Paku Buwono IV (1788–1820)
    Dikenal sebagai Sunan Bagus karena ketampanannya. Nama asli adalah Raden Mas Subadya. Ia meninggalkan banyak karya sastra seperti Wulang Sunu dan Serat Sasana Prabu, serta mendirikan bangunan penting seperti Masjid Agung Surakarta.

  4. Paku Buwono V (1820–1823)
    Memiliki masa kepemimpinan yang singkat, hanya tiga tahun. Ia dikenal memimpin penyusunan Serat Centhini, karya sastra besar yang memuat nilai moral dan kebudayaan Jawa.

  5. Paku Buwono VI (1823–1830)
    Nama asli adalah Raden Mas Sapardan. Selama masa pemerintahannya, ia berupaya menjaga keutuhan Surakarta dari pengaruh kolonial Belanda dan mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro.

  6. Paku Buwono VII (1830–1858)
    Memerintah di masa yang relatif damai setelah berakhirnya Perang Diponegoro. Sastra Jawa berkembang pesat dengan hadirnya pujangga besar Ranggawarsita.

  7. Paku Buwono VIII (1858–1861)
    Kakak dari Paku Buwono VII, meskipun masa pemerintahannya singkat, ia meninggalkan peninggalan budaya seperti Gamelan Kyai Pandu yang digunakan dalam kegiatan keagamaan.

  8. Paku Buwono IX (1861–1893)
    Memimpin selama lebih dari tiga dekade. Masa kekuasaannya dikenal sebagai periode transisi menuju modernitas.

  9. Paku Buwono X (1893–1939)
    Dianggap sebagai penguasa paling berpengaruh di Surakarta. Ia membangun banyak fasilitas publik seperti Pasar Gede, Stadion Sriwedari, dan Taman Balekambang.

  10. Paku Buwono XI (1939–1945)
    Memimpin di masa sulit, yaitu ketika Perang Dunia II dan pendudukan Jepang. Ekonomi Surakarta mengalami krisis.

  11. Paku Buwono XII (1945–2004)
    Naik takhta pada usia 20 tahun. Meski status istimewa Surakarta dicabut, ia tetap berupaya menjaga peran keraton sebagai pusat budaya Jawa hingga wafat pada tahun 2004.

  12. Paku Buwono XIII (2004–2025)
    Lahir di Solo pada 28 Juni 1948, KGPH Hangabehi memimpin Keraton Solo selama dua dekade. Ia dikenal aktif menjaga tradisi, merawat naskah kuno, dan memperkuat nilai budaya di tengah arus modernisasi. Ia wafat pada 2 November 2025 di usia 77 tahun.

Era Baru Kepemimpinan Raja Solo

Setelah wafatnya Paku Buwono XIII, kepemimpinan Raja Solo kini memasuki era baru. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro resmi dilantik sebagai Pakubuwono XIV. Ia kini memiliki gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIV. Proses pengangkatannya penuh haru, karena dilakukan di depan jenazah ayahnya.

Momen bersejarah itu berlangsung pada Rabu Legi, 14 Jumadilawal Tahun Dal 1959 atau 5 November 2025, menjelang pemberangkatan jenazah PB XIII ke Makam Raja-Raja Mataram Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Dengan dinobatkannya Gusti Purboyo sebagai Pakubuwono XIV, maka era kepemimpinan Raja Solo resmi memasuki era kepemimpinan muda yang penuh harapan.

0

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.