P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Alasan Larangan ChatGPT di Berbagai Negara

Featured Image

Pengembangan Teknologi AI dan Larangan Penggunaan ChatGPT di Berbagai Negara

ChatGPT, sebuah chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh OpenAI, telah menjadi salah satu teknologi yang paling diminati dalam beberapa tahun terakhir. Baru-baru ini, OpenAI meluncurkan model terbaru mereka, yaitu GPT-5, sebagai penerus dari model seri GPT-4. Model ini diluncurkan pada 7 Agustus 2025, dan menurut laporan yang diterbitkan sebelumnya, GPT-5 menawarkan kemampuan penalaran tingkat lanjut yang sebelumnya hanya tersedia pada model seperti o1, o3, dan o4 dari OpenAI.

Dengan perkembangan pesat teknologi AI, banyak negara mulai membatasi atau melarang penggunaan layanan seperti ChatGPT. Alasan-alasan ini bervariasi, mulai dari kekhawatiran akan keamanan nasional hingga masalah regulasi data pribadi.

Negara-Negara yang Melarang Penggunaan ChatGPT

Tiongkok
Pemerintah Tiongkok memiliki sistem pengawasan internet yang sangat ketat. Mereka memblokir akses ke ChatGPT dan mendorong penggunaan model AI lokal seperti Qwen dan Baichuan. Model-model ini dinilai lebih sesuai dengan kebijakan dan kepentingan nasional.

Korea Utara
Akses internet di Korea Utara sangat dibatasi. Pemerintah negara ini menerapkan sensor ekstrem untuk mempertahankan kontrol atas informasi. ChatGPT termasuk layanan yang dilarang karena dianggap bisa mengurangi dominasi pemerintah dalam membentuk opini publik.

Iran
Iran memblokir ChatGPT dengan alasan keamanan nasional dan perlindungan data warga. Situasi politik yang tegang dengan Amerika Serikat membuat pemerintah waspada terhadap layanan digital asing, termasuk milik OpenAI.

Kuba
Pemerintah Kuba memasukkan ChatGPT dalam daftar platform asing yang diblokir sebagai bagian dari kontrol informasi yang sudah lama diberlakukan.

Rusia
Di Rusia, larangan terhadap ChatGPT disebabkan oleh kekhawatiran akan penyalahgunaan teknologi AI dan pengaruh asing. Pemerintah memilih untuk membatasi ruang gerak perusahaan teknologi luar negeri, termasuk OpenAI.

Suriah
Konflik berkepanjangan dan lemahnya infrastruktur digital menjadi alasan utama pembatasan akses terhadap ChatGPT. Faktor-faktor ini membuat layanan berbasis AI sulit berkembang di negara tersebut.

Selain Suriah, beberapa negara lain juga tidak memiliki akses ke ChatGPT. Alasannya antara lain konflik politik, situasi keamanan yang tidak stabil, serta keterbatasan infrastruktur digital. Negara-negara tersebut antara lain Afghanistan, Yaman, Sudan, Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, Chad, Eritrea, Burundi, Bhutan, Eswatini, Libya, dan Republik Afrika Tengah.

Masalah Regulasi Data di Italia

Pada 2023, Badan Pengawas Perlindungan Data Italia memerintahkan OpenAI menghentikan pemrosesan data pengguna di negara itu. Perintah ini dikeluarkan karena kekhawatiran bahwa perusahaan melanggar aturan privasi ketat Eropa. Regulator menemukan bahwa OpenAI sempat memungkinkan sebagian pengguna melihat judul percakapan milik pengguna lain. Menurut Garante, lembaga pengawas tersebut, tidak ada hukum yang mendasari pengumpulan dan pemrosesan data pribadi secara besar-besaran untuk melatih sistem AI.

Kesimpulan

Perkembangan teknologi AI seperti ChatGPT memberikan manfaat besar bagi masyarakat, namun juga menimbulkan tantangan baru dalam hal keamanan, regulasi, dan kontrol informasi. Banyak negara memilih untuk melarang atau membatasi penggunaannya karena alasan yang berbeda, baik dari sisi keamanan nasional maupun regulasi data. Dengan terus berkembangnya teknologi, penting bagi pemerintah dan perusahaan untuk menjaga keseimbangan antara inovasi dan keamanan.

0

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.