P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Hasil Uji Lab MBG di SMP 1 Laguboti: Kandungan Bakteri Melebihi Batas Normal

Hasil Uji Lab MBG di SMP 1 Laguboti: Kandungan Bakteri Melebihi Batas Normal

Penemuan Bakteri Berlebih dalam Makanan Bergizi Gratis yang Menyebabkan Keracunan Siswa

Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Faisal Hasrimy, mengungkapkan bahwa hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan bergizi gratis (MBG) yang menyebabkan seratusan siswa SMP Negeri 1 Laguboti telah diperoleh. Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM), ditemukan adanya kandungan bakteri yang melebihi ambang batas aman.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, dua jenis bakteri yang ditemukan adalah Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus. Kedua bakteri ini dikenal sebagai penyebab umum keracunan makanan, terutama jika makanan tidak diproses atau disimpan dengan benar. Faisal menjelaskan bahwa kasus ini merupakan yang pertama kali terjadi, dan pihaknya berkomitmen untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

“Kita ingin memastikan bahwa hal ini tidak terulang lagi. Oleh karena itu, kita akan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat pengawasan dari hulu hingga hilir rantai pasok bahan makanan,” ujarnya pada Jumat (24/10).

Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, Pemprov Sumut menetapkan lima poin utama yang harus diperhatikan:

  1. SPPG wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS)
    Setiap pelaku penyedia makanan harus memiliki sertifikat yang menunjukkan bahwa tempat tersebut layak secara higiene dan sanitasi.

  2. Menjamin kebersihan pangan, alat masak, dan wadah saji
    Semua peralatan dan bahan baku yang digunakan harus dalam kondisi bersih dan aman untuk dikonsumsi.

  3. Memastikan distribusi makanan berjalan cepat dan tepat
    Makanan harus didistribusikan dengan waktu yang sesuai agar tetap segar dan aman untuk dikonsumsi.

  4. Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat
    Setiap orang yang terlibat langsung dalam proses pengolahan dan pelayanan makanan harus memiliki sertifikat kesehatan dan keahlian yang memadai.

  5. Melapor segera jika ada gangguan pencernaan setelah mengonsumsi MBG
    Pihak sekolah dan pengelola harus segera memberi tahu instansi terkait jika ada siswa yang mengalami gejala keracunan.

Faisal juga menegaskan bahwa program MBG tetap menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan gizi anak-anak sekolah. “Namun, aspek keamanan pangan tetap menjadi fokus utama,” tambahnya.

Selain itu, Faisal meminta Badan Garansi Nasional (BGN) untuk memperketat pengawasan terhadap MBG di semua Sekolah Penyedia Pangan Gizi (SPPG). Pihaknya berharap kebijakan ini dapat memastikan bahwa semua makanan yang disajikan kepada siswa dalam kondisi aman dan berkualitas.

Temuan Buah Semangka Tidak Layak Sebagai Penyebab Awal Keracunan

Sebelumnya, sebanyak seratusan siswa SMP Negeri 1 Laguboti, Kabupaten Toba, mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) pada Rabu (15/10). Dinas Kesehatan Toba segera turun tangan dengan mengambil sampel makanan untuk meneliti penyebab kejadian tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Toba, Freddi Seventry, menjelaskan bahwa dari hasil pemeriksaan awal, ditemukan kondisi buah semangka yang tidak layak konsumsi. “Dari laporan tim yang mengambil sampel, ditemukan makanan diduga buah semangka agak berlendir,” ujar Freddi.

Temuan ini menjadi salah satu indikasi bahwa bahan baku yang digunakan dalam penyajian MBG mungkin sudah tidak dalam kondisi baik. Hal ini menunjukkan pentingnya pengawasan lebih ketat terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam program makanan bergizi gratis.

0

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.