
Longsoran Tanah di Jalan Tol Cipularang Mengancam Jalur Lalu Lintas
Sebuah timbunan tanah longsor yang nyaris mendekati badan jalan tol Cipularang terjadi di Kilometer 118. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan. Menurut informasi yang diperoleh, timbunan tanah tersebut telah berhasil dikeruk menggunakan alat berat, sehingga kondisi kembali normal.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, Asep Sehabudin, menjelaskan bahwa longsoran terjadi pada sore hari sebelumnya. Tanah longsoran berasal dari area persawahan milik penduduk setempat. Akibatnya, tembok pembatas akses menuju jalan tol rusak dan mengakibatkan tanah longsor masuk ke dalam saluran air. Luas area yang terkena dampak longsoran mencapai sekitar 5.000 meter persegi.
Kejadian ini menyebabkan genangan air di dekat jalan tol, khususnya di arah Bandung. Untuk mencegah air meluap ke badan jalan, pihak pengelola jalan tol melakukan pengerukan secara intensif. Meskipun demikian, daerah tersebut diketahui memiliki risiko tinggi terhadap longsoran. Asep menyebutkan bahwa pernah terjadi kejadian serupa beberapa tahun lalu.
Menurutnya, daerah ini termasuk wilayah rawan longsor. Jika saluran drainase tertutup, air bisa naik hingga mencapai jalan tol. Untuk mencegah terulangnya kejadian seperti ini, Asep menyarankan agar kondisi wilayah tersebut dikaji oleh Badan Geologi. Dengan evaluasi yang tepat, langkah pencegahan dapat dilakukan secara efektif.
Tidak ada korban jiwa atau luka dalam kejadian ini karena lokasi kejadian tidak berada di sekitar permukiman penduduk. Namun, kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya. Pada Februari 2020, terjadi longsoran di sisi Jalan Tol Cipularang di Kilometer 118 dekat Desa Sukatani, Kabupaten Bandung Barat.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat itu, Kasbani, memberikan penjelasan mengenai penyebab longsoran. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan kejadian tersebut, yaitu kemiringan lereng yang lebih dari 20 derajat. Selain itu, karakter tanah yang merupakan hasil pelapukan dengan ketebalan yang cukup besar dan memiliki porositas serta permeabilitas tinggi, membuat tanah rentan terhadap longsoran.
Faktor lain yang turut memengaruhi adalah adanya genangan air di seberang lokasi longsoran. PVMBG merekomendasikan beberapa langkah untuk mengurangi risiko terjadinya longsoran lagi. Pertama, genangan air di daerah longsoran harus dikeringkan. Kedua, saluran drainase yang tersumbat perlu dibersihkan dan diperbaiki. Ketiga, evaluasi terhadap gorong-gorong yang masih berada di atas lembah perlu dilakukan.
Selain itu, selama proses mitigasi dilakukan, diperlukan pembatasan beban kendaraan di jalan tol. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada struktur jalan dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kejadian serupa dapat diminimalkan dan keselamatan pengguna jalan tetap terjaga.



Posting Komentar