P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Jangan Khawatir, Lagu Itu Tanda Kita Berusaha Tenang

Fenomena Looping Lagu: Tindakan Rasional yang Dikaitkan dengan Emosi dan Neurologi

Beberapa malam lalu, saya sedang menulis laporan lapangan di warung kopi. Di samping saya, ada seorang teman yang terus-menerus memutar lagu yang sama dengan volume cukup keras. Awalnya, saya tidak terlalu mengganggu, tapi setelah memesan cangkir kedua, saya merasa perlu menghampirinya.

Saya bertanya, "Woy, lagunya itu lagi itu lagi, kamu nggak bosan? Lagi baper ya?" Dia hanya tersenyum dan menjawab, "Bukan baper, coy. Lebih tepatnya, ini upaya healing." Jawaban itu terdengar agak aneh, tapi ternyata fenomena ini sangat umum. Memutar lagu yang sama berulang-ulang bukanlah tindakan bodoh, melainkan tindakan rasional yang didukung oleh ilmu psikologi dan neurologi.

Mengapa Kita Suka Memutar Lagu yang Sama?

Lagu yang kita hafal adalah zona nyaman. Ia memberikan rasa stabil dalam dunia yang serba tidak pasti. Kita tahu kapan chorus akan masuk, kita hafal melodi mana yang akan membuat kita merinding, dan kita sudah tahu bagaimana reaksi emosional kita terhadap lagu tersebut. Nggak ada kejutan, nggak ada risiko kognitif. Itulah mengapa kebiasaan ini disebut sebagai bentuk Pengaturan Emosi (Emotional Regulation) atau self-soothing oleh para psikolog.

Menurut laporan dari Beautynesia, lagu favorit yang diulang-ulang bisa menjadi "emotional refuge" atau tempat berlindung emosional yang kita pilih untuk menenangkan pikiran yang sedang kacau atau meredakan kecemasan. Kita nggak perlu adaptasi, kita tinggal replay dan efeknya langsung terasa.

Dopamin dan Kebiasaan Instan

Tindakan me-replay lagu lebih mirip dengan mencari quick fix daripada menikmati seni. Ini adalah urusan kimia otak yang kejam. Setiap kali kita mendengarkan bagian favorit dari lagu yang kita suka, otak akan melepaskan dopamin, neurotransmiter yang bertanggung jawab atas perasaan senang dan reward. Dopamin ini adalah pemicu utama kenapa kita bisa ketagihan pada makanan enak, scroll media sosial, atau bahkan hal-hal lain yang nggak perlu kita sebutkan.

Pengulangan lagu, secara neurologis, adalah upaya untuk memicu Sistem Reward Dopaminergik ini berulang kali. Ini adalah cara termudah dan tercepat untuk mendapatkan high yang menyenangkan. Menurut studi dari National Institutes of Health, kesukaan terhadap musik meningkat secara terus-menerus dengan pengulangan, tanpa peduli seberapa kompleks lagu itu.

Nostalgia dan Identitas

Kenapa lagu yang kita putar berulang-ulang seringkali adalah lagu lawas? Jawabannya ada pada fungsi musik sebagai mesin waktu yang super efektif. Lagu-lagu lawas memiliki ikatan emosional yang kuat dengan suatu fase kehidupan, entah itu saat sekolah, masa-masa penuh ambisi, atau justru masa kegalauan yang dramatis.

Ketika kita memutar lagu itu lagi, otak kita mengaktifkan hippocampus dan amigdala—dua area yang terkait erat dengan memori dan emosi. Menurut laporan dari University of Michigan, orang menikmati memutar lagu yang sama hingga ratusan kali, terutama jika mereka memiliki koneksi emosional yang mendalam. Lagu itu memungkinkan pendengar untuk mengembangkan hubungan pribadi yang langgeng.

Proses Batin dan Emotional Closure

Selain sebagai self-soothing yang menenangkan, replay button juga sering digunakan sebagai alat pemrosesan kognitif, terutama bagi mereka yang suka merenung. Ada kalanya kita memutar sebuah lagu bukan karena kita bahagia, tapi justru karena lagu itu mewakili masalah atau emosi yang menggantung di kepala.

Para psikolog menyebut ini kaitannya dengan Efek Zeigarnik, sebuah fenomena di mana otak cenderung lebih fokus dan terobsesi pada tugas atau pengalaman yang belum selesai atau belum tuntas. Kebiasaan looping lagu bisa menjadi bagian dari proses batin untuk mencapai emotional closure.

Menghemat Energi Mental

Terakhir, ada alasan pragmatis kenapa kita memilih replay lagu ketimbang shuffle album baru: efisiensi energi mental. Dalam sehari, otak kita kelelahan membuat keputusan, mulai dari mau sarapan apa sampai membalas chat seperti apa. Hal ini menyebabkan decision fatigue alias kelelahan pengambilan keputusan.

Memilih lagu baru, meskipun terdengar sepele, tetap membutuhkan energi kognitif karena otak harus beradaptasi dengan melodi, irama, dan lirik yang asing. Dengan memilih lagu yang sudah familiar, kita mengurangi kelelahan tersebut. Energi mental yang dihemat itu kemudian diarahkan ke aktivitas utama, seperti bekerja, menulis, atau merenung.

Kesimpulan

Jadi, ketika kita atau teman kita sedang looping lagu di warung kopi, bukan berarti kita malas mencari lagu baru, tapi kita sedang mempraktikkan manajemen energi kognitif yang superior. Kita sedang mencoba menjadi manusia yang paling waras di tengah tuntutan dunia yang serba tak waras.

Maka, lain kali jika ada teman yang mencap kita aneh karena memutar lagu yang sama, jangan marah. Senyumin saja. Katakan padanya bahwa kita sedang mengaktifkan sistem reward dopamin, menjaga identitas diri, dan memproses unresolved issues batin melalui emotional refuge yang murah meriah. Lagipula, di dunia yang nggak pasti ini, apalagi yang bisa kita andalkan selain lagu yang sudah kita hafal luar dalam? Kita cuma mencari sedikit kenyamanan yang pasti. Selebihnya, biarlah dunia yang chaos sendiri.

0

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.