PT Anugrah Neo Energy Materials dikabarkan sedang mempersiapkan diri untuk melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang mengelola tambang nikel laterit dan kawasan industri yang mengembangkan fasilitas pengolahan rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia ini disebut akan mengumpulkan dana besar dengan nilai triliunan rupiah.
Berdasarkan informasi yang beredar di kalangan pasar modal, Neo Energy telah menyelesaikan tahap awal registrasi IPO dan kini siap memasuki tahap edukasi investor dalam waktu dekat. Diperkirakan perusahaan akan melantai di BEI pada akhir tahun ini.
Dari laman resmi perusahaan, Neo Energi pertama kali beroperasi pada 2007 dengan memiliki izin tambang di Morowali, Sulawesi Tengah. "izin ini menjadi landasan awal bagi aset yang kelak menandai langkah kami memasuki sektor pertambangan," tulis manajemen seperti dikutip Sabtu (11/10).
BroNews.co.id sudah berupaya mendapatkan konfirmasi dari manajemen Neo Energi mengenai kabar IPO ini. Namun hingga berita ini ditayangkan belum ada informasi resmi dari perusahaan.
Lalu bagaimana profil calon emiten tambang energi Neo Energy yang disebut bakal IPO di BEI?
Profil Perusahaan Tambang Nikel Anugrah Neo Energy
Saat ini, operasi utama Neo Energy berpusat di dua kawasan industri hijau yang berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN), yaitu Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE) dan Neo Energy Parimo Industrial Estate (NEPIE). Kedua kawasan ini akan dilengkapi pelabuhan laut dalam, PLTA, dan solar farm sebagai wujud komitmen perusahaan terhadap energi berkelanjutan.
Selain itu, Neo Energy menyatakan komitmen untuk mendukung pengembangan industri baterai kendaraan listrik (EV) global. Berdasarkan laman resmi perusahaan, Neo Energy menyediakan bahan baku berkualitas tinggi serta mendorong inovasi di seluruh rantai nilai baterai EV, mulai dari proses penambangan dan pengolahan hingga pengembangan teknologi katoda canggih.
Perusahaan juga mengintegrasikan energi terbarukan dalam kegiatan operasionalnya. Dalam visi jangka panjangnya, Neo Energy memiliki ambisi menjadi pemimpin dalam produksi nikel ramah lingkungan dan pengembangan bahan energi baru untuk mempercepat transisi menuju masa depan bebas emisi karbon.
Adapun misinya berfokus pada percepatan ekonomi hijau melalui pengelolaan komoditas secara bertanggung jawab dan pemanfaatan energi terbarukan yang berdampak. Pada 2024, penjualan bijih nikel Neo Energi mencapai 2,2 juta wmt.
“Kami juga mendapatkan persetujuan RKAB baru dengan kapasitas produksi maksimum 2,5 juta wmt hingga 2026,” ujar manajemen.
BroNews.co.id sudah berupaya mendapatkan konfirmasi dari manajemen Neo Energi mengenai kabar IPO ini. Namun hingga berita ini ditayangkan belum ada informasi resmi dari perusahaan.
Baru Akuisisi Aset Tambang
Seiring dengan pengembangan usaha, perusahaan tercatat baru memperluas basis dengan mengakuisisi PT Multi Dinar Karya (MDK), operator konsesi pertambangan nikel Tojo Una-Una di Sulawesi Tengah. Akuisisi ini menambahkan tambang produksi kedua ke portofolio dan diversifikasi sumber bijih nikel.
Dengan tambang Tojo Una-Una MDK, Neo Energi berkeyakinan bisa memperkuat keamanan pasokan bijih untuk pabrik pengolahan perusahaan kedepannya dan memperoleh skala yang lebih besar dalam operasi hulu. Penambahan area konsesi baru tidak hanya meningkatkan cadangan dan potensi produksi, tetapi juga semakin memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia terintegrasi untuk pasar bahan baku baterai kendaraan listrik.
Pada September 2024 lalu, Neo Energy melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk proyek High-Pressure Acid Leaching (HPAL) yang berlokasi di Kawasan Industri Neo Energy Morowali (NEMIE). Pembangunan smelter HPAL ini disebut menjadi pembangunan smelter pertama di Indonesia yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada saat peletakan batu pertama menyatakan proyek baterai HPAL Neo Energy ini diharapkan akan mampu menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120 ribu MT per tahun.
Profil 5 Proyek di Lini Bisnis Neo Energy
Proyek Nikel Laterit TAS Mine
TAS Mine merupakan tambang nikel laterit utama milik Neo Energy yang berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah. Tambang ini memegang izin usaha pertambangan (IUP) bernomor 001 dan memiliki sumber daya lebih dari 200 juta ton nikel dan memiliki dua dermaga operasional.
Beroperasi sejak 2010, Tambang TAS menjadi sumber utama arus kas dan penopang pasokan bijih bagi Grup Neo Energy. Selain punya cadangan sumber daya yang besar dan berkualitas tinggi, tambang ini dilengkapi sistem logistik langsung dari lokasi penambangan serta pelabuhan yang dapat diperluas untuk mendukung kenaikan kapasitas kedepannya.
Dengan efisiensi operasional yang tinggi, TAS tetap menjadi salah satu produsen nikel berbiaya rendah di Indonesia. Pendapatan stabil dari tambang ini juga berperan penting dalam mendanai pengembangan hilirisasi dan memastikan ketersediaan bahan baku untuk proyek pengolahan High Pressure Acid Leach (HPAL) perusahaan.
Tambang Multi Proyek MDK Mine
Tambang MDK berlokasi di Ampana, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, dan mencakup area seluas 10.800 hektare. Tambang nikel laterit ini memiliki potensi tinggi untuk pengembangan jangka panjang.
Sebagai bagian dari rencana ekspansi, Neo Energy akan membangun dua lokasi dermaga (jetty). Adapun MDK mengubah Neo Energy menjadi produsen tambang multi-proyek.
Proyek ini menyediakan sumber bijih berkapasitas tinggi kedua, diversifikasi pendapatan, dan memastikan pasokan limonit jangka panjang untuk pengolahan baterai.
Proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) Berkarbon Rendah
Neo Energy tengah menyiapkan pembangunan pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL) berkarbon rendah yang akan memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) untuk mendukung rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV).
Fasilitas ini ditargetkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2029, dengan kapasitas produksi lebih dari 61.000 ton nikel dan lebih dari 4.000 ton kobalt per tahun.
Pabrik NEMIE HPAL merupakan langkah strategis Neo Energy dalam memasuki rantai nilai baterai kendaraan listrik (EV). Dengan memanfaatkan teknologi teruji ENFI dan bijih tambang kami sendiri, proyek ini akan memasok MHP berkarbon rendah kepada produsen katoda global.
Dengan insentif pajak selama 20 tahun dan logistik terintegrasi, HPAL berpotensi menjadi salah satu aset bahan baterai paling kompetitif dan berkelanjutan di Indonesia.
Proyek Strategis Nasional NEMIE
NEMIE ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada tahun 2024. Kawasan industri hijau ini berlokasi di mulut tambang TAS, Morowali, Sulawesi Tengah, dengan luas area mencapai 4.758 hektare.
Dilengkapi dengan dua dermaga operasional, kawasan ini berfokus pada pengolahan bahan baku baterai dan produksi kendaraan listrik (EV). Fasilitas pendukung seperti pelabuhan laut dalam yang ditargetkan beroperasi pada 2026 serta pembangkit listrik captive.
NEMIE mengubah area tambang perusahaan menjadi pusat industri hijau dengan fasilitas lengkap. Kawasan ini dilengkapi pelabuhan yang dapat diperluas, pasokan listrik yang stabil, dan lahan luas untuk mendukung kebutuhan penyewa.
Dengan keberadaan fasilitas HPAL milik sendiri sebagai pembeli utama bahan baku, kawasan ini mendorong pengolahan bernilai tambah dan memperkuat ekosistem nikel Indonesia. Desain terintegrasi NEMIE juga membantu menekan biaya investasi bagi penyewa serta menciptakan sinergi rantai pasok di seluruh Grup.
Kawasan Industri Hijau NEPIE
NEPIE merupakan kawasan industri hijau yang berlokasi di Parigi, sekitar dua jam dari Palu. Kawasan seluas 2.500 hektare ini ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada 2024 dan memiliki garis pantai sepanjang 15 kilometer.
Dengan posisi yang strategis, NEPIE disiapkan untuk menjadi pusat pengembangan energi masa depan dan industri berkelanjutan di Sulawesi Tengah.
NEPIE menjadi ekspansi generasi baru yang dirancang untuk industri berbasis energi terbarukan. Kawasan ini memiliki potensi besar tenaga air dan akses ke perairan dalam, sehingga ideal untuk pembangunan pabrik baterai, katoda, dan pengolahan logam hijau berskala besar.
Posting Komentar