Tekanan Internasional terhadap Sepak Bola dan Isu Politik yang Membuat Dunia Tertarik
Perhatian global terhadap dunia sepak bola semakin meningkat dengan rencana pemungutan suara yang dilakukan oleh UEFA untuk menangguhkan partisipasi Israel dalam kompetisi Eropa. Langkah ini mengingatkan pada tindakan serupa yang diambil terhadap Rusia pada 2022, ketika banyak federasi anggota menolak bermain melawan tim Rusia akibat invasi ke Ukraina.
Menurut laporan eksklusif dari ESPN, mayoritas anggota komite eksekutif UEFA yang terdiri dari 20 orang diperkirakan akan mendukung langkah tersebut. Jika disahkan, hal ini akan berdampak besar bagi FIFA, yang harus memutuskan apakah Israel masih diizinkan berpartisipasi dalam kualifikasi Piala Dunia tahun depan. Tim nasional putra Israel direncanakan akan menghadapi Norwegia dan Italia dalam dua pekan mendatang.
Dalam laporan tersebut, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri menyatakan bahwa pihaknya akan berupaya menghentikan segala upaya yang mencoba melarang tim Israel dari Piala Dunia. Hal ini menunjukkan adanya campur tangan politik tingkat tinggi, terlebih hubungan dekat Presiden FIFA Gianni Infantino dengan mantan Presiden AS Donald Trump juga menjadi perhatian utama.
Pendukungan pemerintahan Trump terhadap penyelenggaraan Piala Dunia di AS, Kanada, dan Meksiko tahun depan dinilai penting bagi keberhasilan turnamen tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah proses visa bagi para pemain, ofisial, dan ratusan ribu penggemar yang akan berkunjung.
Langkah untuk menangguhkan Israel sering dibandingkan dengan sanksi terhadap Rusia setelah invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022. Saat itu, keputusan UEFA dan FIFA diambil dengan cepat karena banyak federasi anggota menolak bermain melawan tim Rusia.
Namun, situasi saat ini berbeda. Hingga kini, tidak ada tim nasional atau klub Eropa yang secara terbuka menolak bermain melawan Israel. Meski begitu, federasi sepak bola di Norwegia dan Italia telah menyampaikan kekhawatiran mereka. Federasi Norwegia bahkan berjanji akan menyalurkan keuntungan tiket pertandingan melawan Israel untuk bantuan kemanusiaan di Gaza melalui Doctors Without Borders.
Desakan untuk menangguhkan Israel semakin kuat setelah negara tersebut dituduh melakukan genosida di Gaza oleh komisi penyelidikan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tekanan publik meningkat seiring protes yang terjadi di berbagai stadion Eropa.
FIFA, yang dipimpin oleh Gianni Infantino, belum memberikan komentar resmi. Dewan pengatur FIFA yang terdiri dari 37 orang, termasuk delapan perwakilan UEFA, akan bertemu di Zurich minggu depan. Keputusan dari rapat ini bisa menjadi titik balik, apakah FIFA akan mengambil langkah keras seperti sanksi terhadap Rusia atau memilih jalur lain dengan alasan situasi politik dan dukungan dari pemerintah Amerika Serikat.
Pemerintah dan federasi sepak bola Israel dikabarkan sedang melakukan lobi intensif. Menurut laporan ESPN, Menteri Olahraga dan Kebudayaan Israel, Miki Zohar, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan ketua federasi sepak bola Israel, Moshe Zuares, telah bekerja "intensif di balik layar" untuk menghalangi upaya pengusiran Israel dari UEFA.
UEFA sendiri menunjukkan sikap lebih keras sejak bulan lalu ketika spanduk bertuliskan “Hentikan Pembunuhan Anak-Anak” dan “Hentikan Pembunuhan Warga Sipil” muncul sebelum laga Piala Super di Udine, Italia. Presiden UEFA Aleksander Ceferin menegaskan bahwa federasinya akan menanggapi serius situasi di Gaza.
Dengan agenda pertemuan FIFA yang tinggal hitungan hari, komunitas sepak bola dunia menanti apakah Gianni Infantino dan jajarannya akan mengambil langkah berani serupa dengan sanksi terhadap Rusia, atau mempertimbangkan faktor geopolitik yang lebih kompleks. Apapun hasilnya, keputusan ini akan menjadi preseden penting dalam hubungan antara sepak bola global, politik, dan isu kemanusiaan.
Posting Komentar