P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

AI Membuat Penipu dan Hacker Lebih Canggih, Zero Trust Jadi Jawaban

Featured Image

Peran Kecerdasan Buatan dalam Meningkatkan Keamanan Siber

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi bagian integral dari berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia siber. Namun, AI juga memiliki sisi yang bisa menimbulkan ancaman serius. Dari serangan phishing yang terlihat seperti pesan dari rekan kerja hingga panggilan telepon yang mirip suara anggota keluarga, AI kini menjadi alat yang bisa digunakan oleh peretas untuk meningkatkan efektivitas dan kecepatan serangan mereka.

Sebelumnya, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh para peretas untuk mengeluarkan data sensitif adalah sekitar sembilan hari. Kini, dengan bantuan AI, proses ini dapat dilakukan dalam waktu kurang dari satu jam. Hal ini menunjukkan bahwa AI telah mempercepat ancaman siber secara signifikan, membuat peningkatan keamanan menjadi sangat penting.

Tantangan Baru dalam Keamanan Siber

Banyak serangan siber terjadi setiap tahun. Data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan adanya 3,64 miliar serangan siber atau anomali lalu lintas selama Januari hingga Juli 2025. Jumlah ini hampir sama dengan total serangan selama lima tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa ancaman siber tidak hanya meningkat, tetapi juga semakin kompleks.

Tantangan utama saat ini bukan hanya sekadar memperbarui antivirus, tetapi juga membangun sistem pertahanan yang mampu mengimbangi kecepatan dan kecanggihan pelaku kejahatan siber. Infrastruktur penting seperti jaringan listrik dan air juga menghadapi risiko baru karena banyak sistem operasional masih menggunakan teknologi lama.

Pendekatan Zero Trust sebagai Dasar Keamanan

Palo Alto Networks menilai bahwa pendekatan zero trust, yaitu tidak mempercayai siapa pun atau sistem apa pun secara default, menjadi dasar untuk membangun pertahanan masa depan. Prinsip ini mengharuskan verifikasi dan inspeksi keamanan secara menyeluruh, baik dalam sistem maupun dalam penggunaan data.

Di Palo Alto, mereka menerapkan arsitektur zero trust (ZTA) yang dirancang untuk mengamankan seluruh siklus hidup AI, mulai dari pengembangan hingga penerapan. Fitur-fitur ini tidak hanya tambahan, tetapi harus diadopsi dan diterapkan secara menyeluruh. Pertanyaan-pertanyaan penting seperti apakah data sensitif boleh diberikan kepada model AI, dan bagaimana memastikan data tidak terkontaminasi, menjadi bagian dari pertahanan tersebut.

Penggunaan AI dalam Serangan Siber

AI tidak hanya memperkuat modus operasi peretasan, tetapi juga memungkinkan mereka melakukan serangan yang lebih cepat dan canggih. Misalnya, pada 2021, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh peretas untuk melakukan eksfiltrasi data adalah sembilan hari. Sekarang, waktu ini berkurang menjadi dua hari. Bahkan dalam 20% kasus, waktu yang dibutuhkan kurang dari satu jam.

Selain itu, AI memungkinkan penyerang untuk menemukan lebih banyak target, lebih banyak kerentanan, dan menyerang beberapa target sekaligus. Dalam uji coba, serangan yang sebelumnya membutuhkan dua hari untuk berhasil, kini bisa dilakukan dalam 25 menit dengan bantuan AI generatif. Ini menunjukkan betapa otomatis dan sulit untuk dilawan serangan yang didukung AI.

Menghadapi Ancaman Berbasis AI

Untuk menghadapi risiko ancaman siber berbasis AI, pengelola data dan regulator perlu mengadopsi strategi yang tepat. Salah satunya adalah dengan menggunakan AI generatif untuk mengembangkan teknologi keamanan siber. Dengan akses ke data ancaman yang kaya, model AI dapat dilatih untuk memprediksi cara penyerang memanfaatkan AI dan mengembangkan deteksi yang akurat.

Selain itu, pendekatan zero trust menjadi sangat penting. Tanpa penerapan zero trust, risiko dan kompleksitas dalam mengintegrasikan solusi AI ke sistem infrastruktur penting akan meningkat tajam. Oleh karena itu, membangun rasa aman dan kepercayaan terhadap sistem menjadi hal yang sangat penting.

Penerapan Zero Trust di Indonesia

Pendekatan zero trust tidak hanya relevan untuk organisasi besar, tetapi juga untuk sektor-sektor seperti Operational Technology, seperti kontrol SCADA, utilitas, listrik, dan air. Banyak teknologi yang digunakan di bidang ini sudah diterapkan selama 20 hingga 30 tahun lalu dan sering kali tidak diperbarui secara berkala. Oleh karena itu, sektor ini menjadi area yang sangat penting untuk diperhatikan.

Dengan perkembangan seperti jaringan listrik pintar dan baterai pintar, sistem seperti ini berpotensi dikendalikan oleh algoritma AI, yang berarti risiko keamanannya akan meningkat. Oleh sebab itu, kita perlu memastikan semua sistem benar-benar aman sebelum teknologi AI diintegrasikan lebih jauh ke dalam infrastruktur penting seperti ini.

Edukasi dan Literasi AI di Indonesia

Edukasi dan literasi AI menjadi sangat penting untuk mempersiapkan masyarakat dan perusahaan menghadapi era ketika batas antara inovasi dan risiko semakin tipis. Program CyberLight dan CyberSafe Kids dari Palo Alto Networks menunjukkan komitmen mereka dalam memberikan pendidikan dan literasi terkait AI generatif di semua tingkatan.

Pelatihan dan edukasi tentang AI generatif, risikonya, serta cara melindungi diri dari potensi ancamannya sangat penting. Langkah-langkah seperti ini sama pentingnya dengan pelatihan keamanan siber yang sudah ada sebelumnya. Dengan edukasi dan latihan berulang, kesadaran dan kesiapan organisasi dapat ditingkatkan.

Selain itu, kolaborasi antara sektor publik dan swasta menjadi kunci dalam menghadapi perkembangan teknologi. Pendekatan seperti ini memastikan bahwa semua pihak dapat memberi masukan dan perspektif yang konstruktif, sehingga dapat menghadapi perkembangan teknologi dengan pendekatan yang menyeluruh dan adaptif.

Posting Komentar

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.