
Pentingnya Keterampilan Non-AI di Masa Depan
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Stella Christie, menegaskan bahwa kemampuan manusia di luar teknologi kecerdasan buatan (non-AI skills) tetap memegang peran penting di masa depan. Menurutnya, meskipun AI bisa menggantikan banyak pekerjaan, manusia masih punya peran yang tidak tergantikan.
“Kita tidak akan tergantikan, saya jamin,” ujar Stella dalam acara BroKerja AI for Indonesia yang berlangsung di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (23/10). Ia menambahkan berdasarkan survei global, kemampuan yang justru paling dibutuhkan di masa depan adalah kemampuan non-AI.
“Ini adalah survei dunia. Apa kata mereka? Core skill di tahun 2030, justru menurut pekerja kemampuan non-AI tetap penting,” tuturnya. Atas dasar itu, Stella meminta masyarakat tidak terjebak dengan hype AI. Ia menegaskan, AI adalah alat yang harus digunakan secara tepat guna, dan pelatihannya juga harus difokuskan kepada mereka yang pekerjaannya terancam tergantikan oleh AI.
"Jadi kalau kita melakukan pelatihan, yang paling memerlukan pelatihan agar mereka tidak tergantikan adalah karyawan yang saat ini pekerjaannya terancam tergantikan, bukan anak-anak kecil," jelasnya. Stella menjamin dalam waktu dekat setidaknya hingga 10 tahun lagi, AI akan berubah menjadi alat yang memudahkan kerja manusia. Sehingga, masyarakat khususnya yang memasuki usia kerja harus fokus pada keterampilan non-AI atau keterampilan manusia.
"Jadi untuk generasi muda yang akan memasuki pasar kerja, ketika AI sudah luas dan matang fokuslah pada keterampilan yang fokus pada kemampuan manusia. Karena bagi generasi muda, keterampilan berbasis AI akan berguna namun akan lazim dan transparan. Dengan dana terbatas dan waktu terbatas, kita harus pintar-pintas berstrategi agar tujuannya orang tidak tergantikan oleh AI," ujarnya.
Peran AI dalam Keamanan dan Ketidakamanan
Lebih lanjut, Stella mengingatkan AI bisa digunakan untuk dua hal yang sangat berbeda: keamanan dan ketidakamanan. “Pertanyaannya apakah kita ingin [Indonesia menjadi] the good place atau bad place [untuk AI]. [Kalau] good place kuncinya manusia yang tetap berada di pusatnya dan tahu bagaimana menganalisa kapan serangan itu terjadi dan kapan keputusan itu diambil,” pungkasnya.
Strategi Menghadapi Perkembangan AI
Dalam menghadapi perkembangan AI, Stella menekankan perlunya strategi yang bijak. Ia menyarankan agar masyarakat, terutama yang sedang memasuki dunia kerja, lebih fokus pada pengembangan keterampilan manusia seperti komunikasi, pemecahan masalah, dan kreativitas. Keterampilan-keterampilan ini tidak hanya penting saat ini, tetapi juga akan tetap relevan di masa depan.
Selain itu, Stella menekankan bahwa pelatihan dan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Jika seseorang bekerja di bidang yang rentan tergantikan oleh AI, maka pelatihan harus ditujukan pada peningkatan keterampilan non-AI. Namun, bagi anak-anak kecil, fokus utama sebaiknya pada pengembangan dasar-dasar keterampilan yang akan membantu mereka menghadapi era digital.
Masa Depan yang Lebih Baik
Stella juga menyoroti pentingnya menjadikan manusia sebagai pusat dari penggunaan AI. Dengan demikian, AI dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, mempercepat proses kerja, dan menciptakan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun, jika AI digunakan tanpa pertimbangan etis dan sosial, risiko yang muncul bisa sangat besar.
Sebagai kesimpulan, Stella menekankan bahwa meskipun AI akan terus berkembang, keterampilan manusia tetap menjadi fondasi yang tidak tergantikan. Dengan strategi yang tepat, masyarakat dapat memanfaatkan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai ancaman. Dengan begitu, Indonesia dapat menjadi negara yang cerdas dan inovatif di tengah tantangan teknologi yang semakin pesat.



Posting Komentar