P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Kementan Ungkap Penyebab Penurunan Produksi Kakao Lokal

Featured Image

Penurunan Produktivitas Perkebunan Kakao di Indonesia

Produktivitas perkebunan kakao di Indonesia mengalami penurunan dalam satu tahun terakhir. Hal ini disampaikan oleh Ketua Tim Kerja Perkebunan dan Tanaman Semusim Lainnya Kementerian Pertanian, Yakub Ginting, saat berbicara di Pullman, Jakarta, pada Kamis, 23 Oktober 2025. Menurutnya, penurunan tersebut tidak bisa diabaikan karena memengaruhi sektor pertanian yang sangat penting bagi perekonomian negara.

Menurut Yakub, salah satu penyebab utama penurunan produktivitas adalah alih fungsi lahan petani ke komoditas pangan seperti kelapa sawit. Ia menjelaskan bahwa tanaman pangan lebih cepat memberikan hasil finansial dibandingkan kakao. Akibatnya, jumlah petani yang terlibat dalam perkebunan kakao semakin berkurang, begitu pula dengan luas lahan yang digunakan untuk menanam kakao.

Selain itu, perubahan pola tanam juga dipengaruhi oleh fluktuasi harga jual biji kakao. Dalam beberapa tahun terakhir, harga kakao tidak menarik bagi para petani, sehingga membuat mereka beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan. Hal ini turut berkontribusi pada penurunan produksi dan pengurangan luasan perkebunan.

Kementerian Pertanian menyadari tantangan ini dan sedang berupaya keras untuk meningkatkan kembali produksi kakao. Salah satu langkah yang dilakukan adalah program peremajaan tanaman serta perluasan lahan. Yakub menyatakan bahwa pada tahun 2025, Kementerian Pertanian memiliki anggaran khusus untuk peremajaan tanaman seluas 3.800 hektare dan perluasan lahan sebesar 650 hektare. Selain itu, ada tambahan anggaran belanja (ABT) yang dialokasikan untuk mengelola lahan seluas 4.266 hektare.

Pada tahun 2026, rencana peremajaan akan diperluas lagi, dengan target mencapai 175 ribu hektare lahan kakao. Sementara itu, pada 2027, Kementerian Pertanian menargetkan peremajaan lahan seluas 68.734 hektare. Langkah-langkah ini diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas dan stabilitas produksi kakao di masa depan.

Saat ini, Indonesia memiliki total lahan kakao sebesar 1,3 juta hektare. Dari jumlah tersebut, sekitar 890 ribu hektare sudah menghasilkan tanaman, sedangkan 290 ribu hektare lainnya rusak. Sementara itu, sebanyak 212 ribu hektare masih belum berproduksi. Total jumlah petani kakao di Indonesia mencapai 1,5 juta orang.

Yakub menjelaskan bahwa 60 persen dari produksi kakao nasional berasal dari empat provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat. Sisanya tersebar di Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Sumba, NTT, dan Jawa Timur. Pemetaan ini menunjukkan bahwa fokus produksi kakao masih terpusat di wilayah tertentu, sehingga perlu adanya diversifikasi dan pengembangan di daerah-daerah lain.

Dengan upaya-upaya yang telah direncanakan, Kementerian Pertanian berharap dapat mengembalikan kejayaan perkebunan kakao Indonesia, baik secara kuantitas maupun kualitas. Kepedulian terhadap sektor ini sangat penting, mengingat kakao menjadi salah satu komoditas ekspor yang strategis bagi perekonomian nasional.

Posting Komentar

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.