P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Dari Kontainer Bekas Jadi Pemanas, Inovasi Badak LNG Dongkrak Bisnis Teri UMKM Bontang

Featured Image

Inovasi Pengolahan Ikan Teri di Bontang

Setelah pensiun sebagai guru, Sugiono (60 tahun) tidak ingin hanya menghabiskan waktu di rumah. Ia memiliki rencana besar untuk memberikan manfaat bagi masyarakat lokal di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Kota ini kaya akan sumber daya alam, termasuk pertambangan, migas, dan perikanan. Letaknya yang berada di pesisir membuat Bontang dikenal dengan potensi kelautan yang sangat besar. Bahkan sebelum industri berkembang, warga setempat sudah akrab dengan alat penangkap ikan seperti kail dan perahu.

Total hasil tangkapan laut di Bontang mencapai lebih dari 21 ribu ton per tahun. Berbekal riset dan tekad kuat, Sugiono memutuskan untuk mengembangkan bisnis pengeringan ikan teri dan pembuatan tepung. Ia mendirikan rumah produksi di Kelurahan Tanjung Laut, Bontang Selatan, pada 2024 lalu. Di depan rumah sederhana beratap seng itu, terhampar puluhan wadah atau trai kayu yang digunakan untuk menjemur ikan.

Sugiono menyatakan bahwa ikan teri yang diproduksi berasal dari nelayan lokal. Nelayan membawa boks-boks ikan ke rumah produksi ini. Saat musim panen, tangkapan bisa mencapai puluhan boks. Namun, tidak semua ikan teri bisa diolah. Hanya yang telah disortir dan dipilih yang akan direbus dan dikeringkan.

Masalah utama yang dihadapi adalah proses penjemuran yang tergantung pada cuaca. Jika hujan, proses pengeringan terhambat. Namun, Sugiono tidak menyerah. Ia melakukan riset dan mencari solusi. Ternyata, PT Badak LNG, anak perusahaan Pertamina, hadir menawarkan solusi. Mereka memberikan satu unit kontainer yang digunakan sebagai tempat pengering ikan ketika hujan.

Kontainer bekas berwarna putih itu terhubung dengan bak perebusan ikan teri. Dengan demikian, panas dari bak perebusan dapat dioptimalkan untuk menghangatkan kontainer dan mengeringkan ikan di dalamnya. Ini menjadi solusi yang sangat berharga bagi Sugiono.

Hasil olahan teri asin ini diserap di pasar lokal Kota Bontang dan sebagian besar dikirim ke luar daerah, terutama Jakarta. Serapan di Kota Bontang tidak terlalu besar, hanya sekitar satu kuintal per bulan. Sementara untuk ke Jakarta, jumlah yang dikirim bisa mencapai 2-3 ton. Ikan teri dikirim menggunakan mobil boks yang sebelumnya membawa frozen food dari Jakarta. Dengan cara ini, mobil tidak kosong dan bisa dimanfaatkan secara efisien.

Omzet dari ikan teri mencapai 30 persen dari pendapatan kotor. Sugiono tidak menyebutkan secara rinci pendapatan bersihnya, tetapi ia menyatakan harga jual ikan teri per kg sebesar Rp 30 ribu. Dengan pendapatan tersebut, ia mampu memberdayakan 21 orang anggota kelompok Berkah Laut Berjaya. Anggota tersebut terdiri dari 10 sub penangkap, 4 pengolah dan produksi, serta 7 ibu-ibu yang bertugas memilih ikan.

Pengelolaan Limbah Ikan

Yang membedakan Sugiono dengan usaha mikro kecil menengah lainnya adalah cara ia mengelola limbah ikan. Ikan teri yang busuk tidak dibuang begitu saja, melainkan diolah menjadi nilai ekonomi baru. Limbah ikan diolah dan digiling menjadi tepung pakan ternak. Dari sisi lingkungan, ini sangat baik karena tidak menghasilkan bau yang tidak sedap.

Limbah ikan tidak hanya berasal dari sisa pemilahan ikan. Sebagian besar juga berasal dari pasar atau nelayan tangkap lain. Sugiono membeli limbah-limbah tersebut untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi. Ia membeli limbah ikan seharga Rp 2.000 per kilogram. Dengan cara ini, limbah tidak terbuang percuma.

Dari hasil pengolahan limbah ikan, Sugiono mampu menjual sebanyak 1,4 ton tepung per bulan. Tepung ini dikirim ke sejumlah kota di sekitar Bontang seperti Balikpapan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan PT Badak LNG yang ingin memaksimalkan semua hasil ikan, termasuk limbah.

Manager CSR & Relations PT Badak LNG, Putra Peni Luhur Wibowo, menyatakan bahwa perusahaan ini memiliki program pemberdayaan masyarakat yang luas. Mereka memberikan pendampingan kepada warga lokal dan menyerahkan alat-alat produksi. Salah satunya adalah kontainer, pengolah tepung, dan alat lainnya yang diperlukan.

Bantuan tersebut berasal dari hasil optimasi sisa alat atau komponen bekas PT Badak LNG. Dengan demikian, alat atau bahan tidak terbuang percuma. Contohnya, pot di rumah produksi ini berasal dari limbah non-B3. Inovasi serupa juga dilakukan dengan cooler box, kapal polyurethani, dan bagan Jaka Samudera.

Dampak Positif Bagi Masyarakat

Madi (27 tahun), anggota kelompok Berkah Laut Berjaya, menyatakan banyak ilmu yang didapat setelah bergabung dengan pengolahan teri ini. Mulai dari cara membuat teri asin hingga mengolah ikan busuk menjadi limbah. Di sini, suasana lebih bersih dibandingkan industri pengolahan teri lainnya.

Madi bekerja dari pagi hingga sore di rumah produksi Sugiono. Semua ini dilakukan demi menghidupi keluarga kecilnya. Ia berharap, suatu hari nanti bisa memiliki usaha sendiri. Dengan semangat dan inovasi yang dimiliki, Sugiono dan kelompoknya berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat Bontang.

Posting Komentar

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.