P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

16 Masalah Kesehatan Umum pada Bayi di Bawah 1 Tahun

Featured Image

Mengurus bayi di bawah usia satu tahun merupakan periode yang penuh tantangan dan penting bagi orangtua. Pada masa ini, tubuh bayi masih berkembang dan sistem kekebalan tubuhnya belum sepenuhnya kuat, sehingga lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Mulai dari alergi, masalah menyusui, hingga sakit, semuanya bisa terjadi pada tahun pertama kehidupan si Kecil.

Bagi orangtua baru, gejala yang muncul pada bayi seringkali memicu kekhawatiran. Dengan memahami masalah kesehatan yang umum terjadi, orangtua dapat lebih siap, tenang, dan tepat dalam memberikan penanganan awal. Berikut beberapa masalah kesehatan yang sering dialami bayi di bawah satu tahun:

1. Alergi

Alergi makanan pada bayi bisa muncul dari berbagai sumber, mulai dari ASI, susu formula, hingga MPASI. Meski sedikit kandungan makanan mama dapat masuk ke dalam ASI, kebanyakan bayi sebenarnya tidak mengalami reaksi. Alergi atau intoleransi justru lebih sering muncul ketika bayi terpapar unsur tertentu, seperti protein susu sapi, kedelai, telur, gandum, kacang-kacangan, ikan, atau kerang.

Tanda-tanda bayi mengalami alergi biasanya terlihat dari perubahan pada kulit dan pencernaan, seperti ruam, eksim, biduran, sembelit, diare, kembung, muntah, atau adanya lendir dan darah di tinja. Reaksi alergi cenderung lebih parah, seperti muntah hebat, mengi, atau bengkak. Sementara itu, reaksi terhadap intoleransi biasanya seperti iritabilitas, masalah tinja, atau refluks.

Jika orangtua mencurigai bayi mengalami alergi dari ASI, dokter mungkin menyarankan mama untuk menghindari makanan pemicu selama 2–3 minggu sambil mengamati perubahan gejala. Untuk bayi yang menggunakan susu formula, dokter dapat merekomendasikan formula hipoalergenik atau pilihan lain yang lebih mudah ditoleransi. Karena setiap bayi bisa bereaksi berbeda, konsultasi dengan dokter anak menjadi langkah paling aman untuk memastikan penyebab dan penanganan yang tepat.

2. Sakit seperti pilek, batuk, dan demam

Bayi rentan mengalami sakit, terutama pilek, batuk, dan demam. Berikut adalah penjelasan dan cara menangani si Kecil ketika sakit:

  • Pilek dan hidung tersumbat: American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa anak mengalami 8 hingga 10 kali pilek sebelum mereka berusia 2 tahun. Ketika si Kecil mengalami pilek, Mama dapat memantau suhu tubuh, pastikan tetap terhidrasi, dan istirahat yang cukup. Jika bayi pilek hingga mengalami hidung tersumbat, hal ini dapat mengganggu proses menyusui dan memengaruhi tidur. Mama dapat menggunakan semprotan hidung saline untuk membantu mengencerkan lendir di saluran hidung yang tersumbat dan menyalakan pelembab udara agar mudah bernapas.
  • Batuk: Batuk adalah refleks alami untuk membantu tubuh bayi menyingkirkan kuman berbahaya. Mama perlu mewaspadai tanda-tanda batuk seperti batuk muncul disertai demam tinggi atau muntah, atau menunjukkan tanda-tanda gangguan pernapasan. Segera bawa si Kecil ke dokter untuk diberikan antibiotik atau penanganan lebih lanjut.
  • Demam: Demam pada bayi bisa normal, tetapi penting mengetahui kapan harus mencari bantuan medis. Jika bayi di bawah 2 bulan mengalami demam 38°C atau lebih, segera bawa ke unit gawat darurat. Untuk bayi di atas 2 bulan, hubungi dokter anak untuk panduan. Penting diingat, bayi di bawah 6 bulan tidak boleh diberi ibuprofen, dan anak di bawah 18 tahun dilarang diberi aspirin karena risiko sindrom Reye. Demam juga dapat memicu kejang demam, terutama usia 6 bulan hingga 5 tahun. Kejang biasanya singkat dan tidak berbahaya, tapi tetap penting menghubungi dokter anak untuk evaluasi lebih lanjut.

3. Permasalahan pada kulit

Kulit bayi masih sangat sensitif yang membuat rentan terkena permasalahan kulit. Alergi, berjemur di bawah matahari, memakai popok, dapat menyebabkan masalah pada kulit bayi. Berikut adalah permasalahan kulit yang sering ditemui pada bayi:

  • Jerawat: Jerawat bayi adalah hal yang normal terjadi dalam dua bulan pertama, terdiri dari jerawat kecil yang muncul akibat stimulasi kelenjar minyak di kulit oleh hormon yang disalurkan melalui plasenta selama kehamilan.
  • Eksim: Eksim cukup umum terjadi pada bayi karena kulit mereka masih sangat sensitif. Berbeda dari kulit kering yang cenderung tidak sakit, eksim biasanya terasa gatal, merah, dan bisa berair, sehingga membuat bayi lebih tidak nyaman.
  • Ruam: Munculnya ruam dapat dikaitkan dengan infeksi virus. Ruam dapat bersifat situasional, seperti ruam popok atau biang keringat, atau ruam air liur, yang merupakan reaksi terhadap air liur berlebih.
  • Luka bakar: Kulit bayi sangat sensitif, sehingga mudah mengalami luka bakar akibat air panas atau sinar matahari.
  • Kulit kering: Pengelupasan kulit karena kering dan benjolan kecil bisa menjadi hal yang wajar pada kulit bayi baru lahir, seiring dengan keseimbangan hormon dan adaptasi mereka terhadap lingkungan baru.

4. Masalah sendawa

Pencernaan bayi baru lahir masih berkembang, sehingga sedikit udara yang tertelan bisa membuat mereka tidak nyaman. Karenanya, bayi perlu disendawakan hingga usia 3 bulan setelah setiap menyusu, atau di tengah sesi menyusu jika mereka mulai rewel. Mama dapat menyendawakan bayi dengan tiga posisi umum, di atas bahu, duduk di pangkuan sambil menopang kepala, atau telentang di pangkuan dengan posisi kepala lebih tinggi dari dada. Pastikan punggung bayi lurus, lalu tepuk pelan punggungnya untuk membantu melepaskan gas.

5. Kolik

Kolik adalah kondisi ketika bayi yang sebenarnya sehat menangis berlebihan tanpa alasan jelas. Biasanya bayi di bawah 3 bulan menangis lebih dari 3 jam sehari, dan lebih dari 3 hari seminggu. Meskipun tidak berbahaya, kolik mengganggu pola makan dan membuat bayi rewel. Kolik bisa berkaitan dengan sensitivitas terhadap komponen ASI atau susu formula, stimulasi berlebihan, atau ketidakmampuan bayi menenangkan diri. Mama dapat menggendong bayi, berjalan-jalan, memijat, atau memberikan suasana yang tenang. Kolik akan mereda saat bayi berusia 3 hingga 4 bulan.

6. Sembelit

Mengejan atau wajah memerah saat buang air besar pada bayi adalah hal normal. Namun, bila fesesnya keras dan kering, bayi kemungkinan mengalami sembelit. Bayi yang sembelit mengalami gejala seperti mengejan lebih dari 10 menit, sering gumoh, rewel, jarang buang air besar, serta feses yang sangat keras atau bahkan berdarah. Jika bayi menunjukkan gejala tersebut, hubungi dokter anak untuk memastikan penanganannya.

7. Kerak kepala bayi

Kerak kepala bayi adalah kondisi kulit kepala bersisik yang biasanya muncul saat bayi berusia 3 hingga 4 minggu. Kondisi ini tidak menular, tidak terkait alergi, dan biasanya tidak membuat bayi tidak nyaman. Penyebabnya diduga akibat produksi minyak berlebih dan akan hilang sendiri dalam beberapa minggu atau bulan. Untuk meredakannya, bayi dapat keramas lebih sering dengan sampo bayi lembut dan sikat perlahan sisiknya. Hindari menggunakan minyak bayi atau mineral.

8. Kegiatan menyusui terganggu

Pada usia 3 hingga 5 bulan, banyak bayi mulai mudah terdistraksi saat menyusu karena penglihatannya berkembang dan mereka semakin tertarik dengan lingkungan sekitar. Agar bayi tetap fokus, Mama dapat menyusui di ruangan yang tenang, gunakan white noise, atau pakai penutup menyusui untuk membatasi pandangannya. Menggendong bayi dalam sling, atau menyusui sambil berdiri dan bergoyang, juga bisa membantu mengurangi distraksi.

9. Bayi ngiler

Bayi akan mulai mengobrol saat usia 3 bulan, tapi belum tentu gigi pertama akan segera tumbuh. Ngiler pada bayi akan jauh lebih sering muncul antara usia 4 dan 6 bulan. Air liur memiliki beberapa fungsi biologis penting bagi bayi, termasuk membantu pencernaan, menjaga kebersihan gigi yang akan tumbuh, dan memudahkan menelan.

10. Kembung

Kembung adalah hal normal pada bayi karena sistem pencernaannya masih berkembang, tapi bisa membuat tidak nyaman. Mama dapat meningkatkan waktu tengkurap, bantu bayi bersendawa, pastikan pelekatan saat menyusu baik, lakukan pijat, serta posisikan bayi lebih tegak saat menyusu. Jika memakai susu formula, pilih yang cair siap pakai karena lebih mudah dicerna.

11. BAB

BAB bayi bisa memberi petunjuk tentang kesehatannya. Setiap bayi punya pola berbeda, jadi yang penting adalah mengenali apa yang normal untuk si Kecil. BAB pada bayi yang minum ASI memiliki tekstur lebih lembek, kadang cair, dan tampak berbiji. Warna nya akan hitam di awal, lalu berubah kehijauan saat mulai ASI, dan biasanya kuning mustard setelah minggu pertama. BAB pada bayi yang minum susu formula memiliki lebih padat, mirip pasta atau selai kacang. Feses memiliki warna kuning, cokelat muda, atau sedikit kehijauan. Bayi yang minum susu formula memiliki frekuensi BAB 1 hingga 4 kali sehari.

12. RSV

RSV adalah infeksi pernapasan yang umumnya ringan, tetapi pada bayi di bawah 2 tahun, terutama yang prematur atau memiliki penyakit tertentu, bisa menjadi penyakit serius. Infeksi ini dapat berkembang menjadi bronkitis atau pneumonia. Saat ini tersedia pencegahan RSV untuk bayi dan vaksin yang dapat diberikan pada ibu hamil, sehingga disarankan untuk segera melakukan vaksin. Gejala RSV meliputi pilek, bersin, nafsu makan menurun, lalu berkembang menjadi batuk dan mengi. Pada bayi, tanda awal bisa berupa lesu, sulit makan, atau napas tidak normal. Jika bayi nafas cepat, dangkal, tampak tertarik di dada, batuk terus-menerus, demam tinggi, tampak sangat lemah, atau terjadi jeda nafas, segera bawa ke rumah sakit.

13. Kematian mendadak (SIDS)

Untuk meminimalkan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), yang dapat meningkat hingga bayi berusia 1 tahun, bayi harus selalu ditidurkan telentang di permukaan datar hanya dengan seprai. Singkirkan bedong, selimut, atau mainan yang longgar dari tempat tidur mereka, dan usahakan agar ruangan tetap sejuk.

14. Gumoh

Gumoh sangat umum terjadi pada bayi dan biasanya tidak berbahaya. Namun, gumoh yang sering atau berlebihan bisa menandakan refluks, jadi penting memantau frekuensinya. Untuk mengurangi gumoh, posisikan bayi tetap tegak, berikan ASI dalam porsi kecil tetapi lebih sering, bantu bayi bersendawa selama dan setelah menyusu, serta hindari tummy time setelah makan. Jika bayi minum susu formula, konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan mengganti jenis susu.

15. Tumbuh gigi dan sariawan

Bayi yang sedang tumbuh gigi biasanya menjadi lebih rewel, banyak drooling, pipi memerah, hidung tersumbat, diare ringan karena air liur, atau demam ringan. Proses tumbuh gigi biasanya dimulai sejak usia 4 hingga 7 bulan. Untuk membantu meredakan nyeri, Mama dapat mengusap gusi bayi dengan lembut, memberi teether kayu atau silikon, atau memberikan waslap dingin untuk dihisap. Sementara itu, sariawan adalah infeksi jamur umum yang menimbulkan bercak putih di mulut dan bisa membuat bayi sakit saat menelan. Kondisi ini juga bisa muncul di area popok. Dokter biasanya meresepkan obat antijamur, dan infeksinya akan membaik dalam sekitar dua minggu. Karena sariawan bisa menular antara mulut bayi dan puting ibu menyusui, Mama juga perlu diobati, dan semua dot serta botol harus disterilkan untuk mencegah infeksi berulang.

16. Vaksin

Vaksin mendukung sistem kekebalan tubuh si Kecil dengan membantunya melawan penyakit mematikan namun dapat dicegah yang mungkin dapat membebani mereka. Untuk membantu si Kecil merasa lebih nyaman selama vaksinasi, usahakan untuk mulai menyusui atau memberi susu botol tepat sebelum suntikan dan selama pemberian suntikan. Gerakan mengisapnya menenangkan dan dapat meredakan rasa sakit pada bayi, begitu pula rasa manis dari ASI atau susu formula.

Posting Komentar

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.