
Pentingnya Pengawasan Internal dalam Kepolisian
Komisioner Kompolnas, Irjen Pol (Purn) Ida Oetari Poernamasasi, menekankan bahwa pengawasan terhadap Polri merupakan kebutuhan mendesak. Hal ini disebabkan oleh besarnya kewenangan yang dimiliki lembaga tersebut dalam menjalankan tugas sehari-hari. Menurut Ida, pengawasan menjadi bagian penting dari upaya menjaga profesionalisme, mencegah penyimpangan, serta memastikan penggunaan kewenangan secara proporsional.
“Kenapa perlu dilakukan pengawasan? Karena kewenangan kepolisian sangat besar, sehingga diperlukan penyeimbang. Siapa penyeimbang? Ya, pengawas,” ujarnya dalam peluncuran buku “Dinamika dan Tantangan Pengawasan Internal Kepolisian” secara daring, Kamis (6/11/2025).
Ida menjelaskan bahwa pengawasan internal Polri terdiri dari dua lapisan, yaitu pengawasan melekat oleh atasan langsung dan pengawasan formal oleh lembaga seperti Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) serta Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam). Setiap anggota Polri yang menjadi pemimpin atau atasan memiliki kewajiban untuk mengawasi bawahannya.
“Waskat (pengawasan melekat) ini menjadi garda terdepan. Pimpinan harus bisa menjadi role model. Dan di waskat inilah terjadi proses pencegahan. Jadi, sebelum terjadi pelanggaran, ada kontrol dari pimpinannya,” tambahnya.
Menurut Ida, peran pengawasan melekat menjadi penting karena beban kerja lembaga pengawas formal seperti Itwasum dan Propam sangat besar, sementara jumlah kasus pelanggaran yang ditangani juga terus meningkat. Dengan demikian, pengawasan melekat menjadi salah satu bentuk pencegahan yang lebih efektif.
Tantangan dalam Efektivitas Pengawasan Internal
Ida menyoroti tantangan dalam efektivitas pengawasan internal, terutama dalam hal sumber daya manusia dan budaya organisasi di tubuh Polri. Menurutnya, tidak semua personel yang masuk ke Propam atau Itwasum melalui asesmen sebagai anggota pengawas internal. Banyak dari mereka yang tidak memiliki masalah dan memiliki integritas yang terjaga.
“Benar, bahwa SDM yang mau masuk ke Propam, Itwasum, itu tidak semua dilakukan asesmen sebagai anggota pengawas internal, bahkan lebih banyak yang tidak. Dan orang yang masuk di pengawas internal adalah orang-orang yang tidak memiliki masalah; integritas harus terjaga,” jelas Ida.
Di sisi lain, ia menyoroti soal budaya organisasi yang berpengaruh kuat terhadap jalannya pengawasan. Budaya ini mencakup perintah atasan atau pengawasan melekat yang sudah menjadi bagian dari struktur internal Polri.
Peran Polwan dalam Pengawasan Internal
Ida juga menyoroti pentingnya keterlibatan polisi wanita (Polwan) dalam lembaga pengawasan internal, terutama untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan perempuan dan anak. Hal ini karena kasus-kasus tersebut memerlukan sensitivitas tersendiri agar dapat ditangani dengan baik.
Ia juga mengingatkan bahwa banyaknya laporan masyarakat yang masuk ke Kompolnas menunjukkan masih ada kelemahan dalam efektivitas pengawasan internal.
“Surat yang masuk ke Kompolnas masih sangat tinggi. Ini menunjukkan salah satu indikasi pengawasan internal belum efektif,” ucap Ida.
Dengan adanya tantangan-tantangan tersebut, Ida menegaskan bahwa pengawasan internal harus terus ditingkatkan. Dengan kombinasi antara pengawasan melekat dan pengawasan formal, serta perbaikan sumber daya manusia dan budaya organisasi, diharapkan efektivitas pengawasan internal dapat meningkat. Hal ini akan membantu menjaga profesionalisme dan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.



Posting Komentar