P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Proyeksi Inflasi Oktober 2025 Turun Ringan, Tanda Ekonomi Stabil?

Featured Image

Prediksi Inflasi Oktober 2025 yang Menunjukkan Penurunan Ringan

Sejumlah pakar ekonomi memprediksi bahwa inflasi pada bulan Oktober 2025 akan mengalami penurunan secara moderat, baik dari segi bulanan maupun tahunan. Prediksi ini menunjukkan bahwa tidak akan terjadi deflasi seperti yang terjadi dalam beberapa bulan sebelumnya.

Berdasarkan proyeksi konsensus dari 17 ekonom yang dikumpulkan oleh Bloomberg, rata-rata indeks harga konsumen (IHK) pada Oktober 2025 diperkirakan mengalami inflasi sebesar 0,08% secara bulanan (month to month/MtM). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi September 2025 yang mencapai 0,21% (MtM).

Beberapa ekonom memberikan proyeksi yang berbeda. Misalnya, Hosianna Evalita Situmorang dari Bank Danamon dan Helmi Arman dari Citigroup Securities Indonesia memperkirakan inflasi sebesar 0,23% (MtM) untuk Oktober 2025. Sementara itu, Josua Pardede dari Bank Permata memproyeksikan deflasi sebesar 0,05% (MtM), yang menjadi proyeksi terendah.

Secara tahunan, rata-rata proyeksi para ekonom menunjukkan inflasi sebesar 2,64% (year on year/YoY) pada Oktober 2025. Angka ini sedikit turun dari inflasi September 2025 yang mencapai 2,65% (YoY). Proyeksi tertinggi diberikan oleh Lavanya Venkateswaran dari OCBC dengan angka 2,9% (YoY), sedangkan proyeksi terendah disampaikan oleh Gareth Leather dari Capital Economics Ltd. di angka 2,25% (YoY).

Komponen Inflasi dan Perkembangan Harga

Andry Asmoro, Kepala Ekonom Bank Mandiri, memperkirakan inflasi sebesar 0,02% (MtM) pada Oktober 2025. Ia menilai inflasi utama tetap rendah karena stabilnya harga-harga yang diatur pemerintah dan koreksi musiman pada harga pangan.

Dalam laporan Office of Chief Economist Bank Mandiri, komponen harga bergejolak (volatile prices) diperkirakan mengalami deflasi ringan sebesar -0,3% (MtM), sejalan dengan pola musiman selama periode panen di kuartal III/2025. Penurunan harga terjadi pada beberapa komoditas utama seperti beras yang turun 0,8%, bawang merah 7,6%, dan cabai rawit 6,2%. Di sisi lain, beberapa komoditas lain justru naik, seperti telur ayam naik 2,6% dan cabai merah 3,3%.

Komponen inflasi inti (core inflation) diperkirakan meningkat 0,2% (MtM), didorong oleh kenaikan harga emas dan perbaikan konsumsi masyarakat. Hal ini tercermin dalam Mandiri Spending Index (MSI) yang naik 1,2% (MtM) pada Oktober 2025.

Faktor tersebut sebagian diimbangi oleh depresiasi rupiah yang lebih ringan, yang membantu membatasi tekanan inflasi secara keseluruhan.

Harga Emas sebagai Pendorong Inflasi

Kepala Ekonom Bank Central Asia, David Sumual, menilai bahwa kenaikan harga emas bisa menjadi pendorong inflasi pada Oktober 2025. Salah satu komponen inflasi, yakni inflasi inti diperkirakan sebesar 2,30% (YoY). Namun, David memprediksi bahwa secara bulanan komponen inti mengalami deflasi sebesar 0,79% (MtM).

"Inflasi Oktober lebih digerakkan oleh harga emas yang terus naik [10% MtM], serta sedikit efek hilangnya high base dari harga bensin," ujarnya.

Di sisi lain, harga bahan pangan Oktober 2025 cenderung turun dibandingkan bulan sebelumnya, terutama untuk bawang merah dan beras. Sementara itu, bahan pangan lain stagnan atau naik sedikit.

Program Makan Bergizi Gratis dan Dampaknya pada Inflasi

Pemerintah mulai mengantisipasi kenaikan harga pangan, yang tampak dari inflasi pangan yang mencapai 6,44% (YoY) pada September 2025. Inflasi volatile foods sebesar 6,4% itu jauh di atas rentang target inflasi umum sebesar 2,5±1% sepanjang tahun.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan kenaikan inflasi volatile foods terjadi karena percepatan implementasi program makan bergizi gratis (MBG) di berbagai daerah. Akibatnya, permintaan naik dan harga pangan seperti telur, ayam, ikan, dan sejenisnya meningkat.

Dia mengaku pemerintah sudah punya solusi untuk kembali meredakan tekanan inflasi pangan tersebut. Hanya saja, solusinya bersifat jangka menengah daripada jangka pendek.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto tidak terlalu khawatir dengan perkembangan inflasi pangan harga bergejolak sebagai imbas akselerasi pelaksanaan program MBG. Dia menjelaskan bahwa pemerintah telah menetapkan target inflasi umum di rentang 2,5±1% pada tahun ini. Pada September 2026, inflasi umum masih di angka 2,65% sehingga masih dalam rentang target pemerintah.

Posting Komentar

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.