P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Kurangi Pencemaran Mikroplastik, Hentikan Pembakaran Sampah Plastik!

Featured Image

Pemandangan yang Menyembunyikan Ancaman

Pagi di Bulukumba tiba dengan lembut. Udara terasa ringan dan bersih, seolah paru-paru ikut disegarkan oleh angin laut. Di ujung jalan, seorang lelaki tua mulai menyalakan api kecil di tumpukan sampah plastik. Asap putih mulai mengepul, melingkar pelan, lalu terangkat tinggi, menyatu dengan langit pagi. Pemandangan ini tampak biasa, namun di balik asap yang tampak jinak tersebut, tersimpan ribuan partikel halus plastik—mikroplastik—yang perlahan bergerak di udara, mencari jalan masuk ke paru-paru siapa pun yang bernapas di dekatnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Mikroplastik ECOTON, sebanyak 55% sumber mikroplastik di udara berasal dari kegiatan pembakaran sampah plastik, sedangkan sektor transportasi menyumbang 33%, diikuti oleh kegiatan laundry dan tumpukan sampah kemasan yang tidak terkelola. Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON, menjelaskan bahwa partikel plastik hasil pembakaran sangat ringan dan bisa melayang ratusan kilometer, menempel di pakaian, terserap ke paru-paru, dan akhirnya masuk ke tubuh manusia tanpa disadari.

Penelitian tentang Sumber Mikroplastik di Udara

Dalam riset yang dilakukan ECOTON bersama Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) di 18 kota/kabupaten di Indonesia, tim peneliti melakukan tiga tahapan analisis ilmiah untuk mengidentifikasi sumber mikroplastik di udara:

  • Pengambilan sampel udara menggunakan cawan petri kaca di tiga titik berbeda di setiap kota.
  • Inventarisasi fisik partikel mikroplastik dengan mikroskop Olympus CX beresolusi 400x, untuk mengidentifikasi bentuk, warna, dan ukuran partikel.
  • Identifikasi jenis polimer menggunakan FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), yang menjadi tahap paling penting dalam mengetahui asal sumber mikroplastik di udara.

Setiap jenis polimer memiliki "sidik jari" unik yang menunjukkan asal partikel tersebut. Misalnya, polietilena dan polipropilena sering berasal dari kantong plastik, sedangkan poliester dan nilon berasal dari serat pakaian sintetis. Polistirena (Styrofoam) umumnya berasal dari kemasan makanan cepat saji.

Plastik Sehari-hari, Ancaman Tak Kasatmata

Produk plastik yang kita gunakan sehari-hari—tas kresek, gelas minuman, sedotan, bahkan bungkus deterjen—semuanya terbuat dari polimer sintetis berbasis minyak bumi. Proses degradasi akibat panas, gesekan, dan pembakaran membuat plastik tersebut terurai menjadi partikel mikroplastik yang ringan dan mudah terbawa angin hingga ratusan kilometer.

Inilah alasan mengapa pembakaran sampah di halaman rumah, yang sering dianggap sebagai cara cepat menghilangkan limbah, justru menjadi sumber utama pencemaran udara mikroplastik. Menurut Rafika, jika kita ingin menghirup udara yang lebih sehat, sebaiknya segera menghentikan praktik membakar sampah.

Ia menambahkan bahwa penegakan hukum terhadap praktik pembakaran terbuka dan edukasi publik mengenai bahaya mikroplastik harus segera diperkuat, terutama di tingkat kelurahan dan desa.

Upaya Sederhana untuk Menjaga Kualitas Udara

Penelitian ECOTON dan SIEJ menjadi pengingat bahwa masalah plastik tidak hanya mencemari laut dan tanah, tetapi juga mengancam udara yang kita hirup. Upaya sederhana seperti memilah sampah dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan tidak membakar limbah bisa menjadi langkah awal untuk menyelamatkan udara Indonesia dari partikel plastik tak kasatmata.

Di kota besar seperti Jakarta, udara telah dipenuhi oleh 37 partikel mikroplastik setiap dua jamnya—angka tertinggi di Indonesia. Sedangkan di Bulukumba, yang masih hijau dan berangin laut, jumlahnya belum sampai empat partikel. Namun, ancaman itu nyata dan bisa datang kapan saja, terutama jika kebiasaan membakar sampah plastik terus dibiarkan.

Posting Komentar

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.