P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Pengusaha Khawatir Target Kontribusi Manufaktur 20% Tidak Terpenuhi

Featured Image

Ketidakpastian Global Membuat Target Kontribusi Manufaktur Indonesia Tantangan Berat

Ketua Umum Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA), Dadang Asikin, menyatakan keraguan terhadap kemampuan sektor manufaktur untuk mencapai target kontribusi sebesar 20,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini. Hal ini disampaikan mengingat kondisi global yang masih penuh tantangan dan ketidakpastian.

Dadang menilai bahwa berbagai faktor seperti perlambatan ekonomi dunia, ketegangan geopolitik, serta pelemahan permintaan ekspor membuat pencapaian angka tersebut menjadi sangat berat. Ia menjelaskan bahwa meskipun sektor pengerjaan logam dan mesin memiliki potensi untuk mendorong kenaikan, capaian di atas 20% membutuhkan strategi jangka menengah, bukan sekadar upaya dalam hitungan bulan di sisa akhir tahun 2025.

Selama satu dekade terakhir, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia hanya stabil di kisaran 18% hingga 19%. Beberapa faktor penyebabnya antara lain harga energi yang tidak konsisten dan dominasi industri berbasis sumber daya alam. Dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor manufaktur tercatat sebagai penggerak utama ekonomi kuartal II/2025 dengan kontribusinya ke PDB mencapai 18,67%.

Meski angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022, 2023, dan 2024, kontribusi sektor manufaktur masih terjebak di angka 18%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2021 yang mencapai 19,29% atau masa sebelum pandemi pada kuartal II/2018 dan 2019 yang masing-masing sebanyak 19,8% dan 19,52%.

Lebih lanjut, kontribusi manufaktur pada periode ini masih cenderung stagnan, bahkan lebih rendah dibandingkan kuartal II/2015 yang berhasil mencapai 20,91% secara tahunan (year-on-year/YoY). Dadang mengakui bahwa dukungan pemerintah terhadap sektor manufaktur memang ada, tetapi dirasakan belum sepenuhnya efektif untuk mendorong kontribusi sektor tersebut ke PDB hingga di atas 20%.

Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan sektor industri pengolahan pada 2025 sebesar 5,5%, dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 20,8%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan baseline 2024 yang sebesar 18,98%. Target tersebut tertuang dalam lampiran Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2025 tentang Pemutakhiran Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2025.

Menurut Dadang, untuk mendukung target tersebut, industri mesin dan logam perlu beberapa langkah mendesak. Dalam hal ini, ia menekankan pentingnya strategi jangka panjang yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor manufaktur. Dengan adanya perbaikan kebijakan dan peningkatan investasi, diharapkan sektor ini dapat mencapai target yang ditetapkan pemerintah.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Peningkatan aksesibilitas terhadap sumber daya energi yang stabil.
  • Penguatan kebijakan insentif bagi pelaku industri.
  • Peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan pendidikan teknis.
  • Peningkatan infrastruktur pendukung industri.
  • Pengembangan pasar ekspor yang lebih luas dan berkelanjutan.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan sektor manufaktur dapat tumbuh secara signifikan dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap PDB nasional. Namun, hal ini memerlukan komitmen dan kerja sama yang kuat antara pemerintah, pelaku usaha, dan seluruh stakeholder terkait.

Posting Komentar

Posting Komentar

Komentar untuk berinteraksi dengan komunitas Brokerja.com. Dapatkan informasi tips terbaru disini.