
PT PAL Indonesia Siap Penuhi Pesanan 30 Unit Kapal Selam Otonom
PT PAL Indonesia, salah satu perusahaan industri pertahanan dalam negeri, telah menyatakan komitmennya untuk memenuhi permintaan Kementerian Pertahanan (Kemhan) terkait pembelian 30 unit Kapal Selam Otonom (KSOT) atau kapal selam tanpa awak. Direktur Utama PT PAL Indonesia, Kaharuddin Djenod, mengungkapkan bahwa pihaknya siap menyelesaikan pesanan tersebut pada tahun 2026.
Pernyataan ini disampaikan Kaharuddin di hadapan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali. Ia menjelaskan bahwa seluruh pesanan dari Kemhan akan dikerjakan oleh PT PAL Indonesia sebagai BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan.
"Ya, di tahun 2026 seluruhnya akan terpenuhi, 30 unit (KSOT) akan terpenuhi," ujar Kaharuddin pada Kamis (30/10). Ia juga menyatakan bahwa pihaknya sudah siap menandatangani kontrak dengan Kemhan. Menurutnya, KSOT yang sukses melakukan uji tembak torpedo piranha hari ini sepenuhnya didesain oleh anak bangsa. Produksinya juga dilakukan oleh tangan-tangan hebat di PT PAL Indonesia.
Desain dan Produksi Lokal dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri Tinggi
Kaharuddin menjelaskan bahwa tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari KSOT mencapai lebih dari 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa produk tersebut tidak hanya dirancang oleh tenaga lokal, tetapi juga diproduksi menggunakan alat-alat yang tersedia di pasar dalam negeri. Namun, alat-alat tersebut kemudian diubah menjadi spesifikasi militer dan digunakan untuk kebutuhan laut.
"Ini 100 persen desain anak Indonesia, kemudian produksi juga seluruhnya dengan TKDN lebih daripada 50 persen. Jadi, kami menggunakan alat-alat yang ada dijual di pasaran dalam negeri, kemudian kami ubah menjadi military spec dan marine use," jelas Kaharuddin.
Presiden Memantau Uji Coba Torpedo Secara Langsung
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyaksikan uji tembak torpedo dari KSOT tersebut di Surabaya. Ia menyampaikan bahwa Presiden Prabowo, sebagai penentu pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) strategis, turut memantau jalannya uji coba torpedo piranha secara langsung melalui teknologi komunikasi.
"Penembakan (torpedo dari) kapal selam autonomous yang kita kenal dengan KSOT, perlu saya informasikan kepada teman-teman media bahwa hari ini presiden mengikuti langsung melalui teknologi komunikasi mengenai pelaksanaan penembakan torpedo dari KSOT," ungkap Sjafrie.
Evaluasi Teknis Setelah Uji Coba
Setelah uji coba tersebut, Sjafrie menyatakan bahwa dirinya bersama Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali, dan Direktur Utama (Dirut) PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod langsung melakukan evaluasi teknis. Tujuannya adalah agar KSOT bisa diproduksi dengan berbagai penyempurnaan.
"Tadi, saya, panglima, Kepala Staf Angkatan Laut, dan dirut PT PAL sudah mengadakan satu evaluasi teknis. Kami menyimpulkan bahwa Kementerian Pertahanan melaporkan kepada Pak Presiden selaku penentu alutsista strategis dari TNI bahwa kita perlu 30 kapal selam autonomous untuk menjaga choke point yang ada di perairan nasional kita," kata Sjafrie.
Komitmen PT PAL Indonesia dalam Pengembangan Alutsista Nasional
Dengan adanya komitmen PT PAL Indonesia dalam memproduksi KSOT, diharapkan dapat meningkatkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Selain itu, penggunaan teknologi dan desain lokal serta tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menghasilkan alutsista berkualitas tanpa bergantung sepenuhnya pada impor.
Pengadaan 30 unit KSOT ini juga bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam menjaga keamanan dan kedaulatan wilayah laut. Dengan adanya KSOT, TNI dapat lebih efektif dalam mengamankan jalur-jalur penting di perairan nasional, termasuk area choke point yang rentan terhadap ancaman luar.



Posting Komentar